Bojonegoro (ANTARA News) - ExxonMobil Oil Indonesia membantah bahwa pihaknya telah menjadi penyebab lambatnya pelaksanaan eksplorasi minyak di Blok Cepu yang hingga kini belum dimulai. Kepala Perencanaan Pengembangan Blok Cepu, Kunto Wibisono, di Bojonegoro hari ini mengungkapkan, pelaksanaan eksplorasi dan eksploitasi Blok Cepu masih menunggu otorisasi program kerja dan budget dari BP Migas. "Lambatnya pelaksanaan eksplorasi dan eksploitasi Blok Cepu karena masih menunggu rampungnya penyusunan program kerja dan budget. Tanpa otorisasi pengeluaran budget jelas kita tidak bisa bergerak," katanya. Kunto Wibisono yang didampingi Presiden Mobil Cepu Limited (MCL), Brian Boles dan Deputy Perencanaan ExxonMobil, Thor Sutanassin menyatakan, dalam pengelolaan eksplorasi dan eksploitasi Sumber Migas Blok Cepu, sebenarnya ExxonMobil tetap ingin melaksanakan secepatnya. Tetapi, evaluasi penyusunan program dan bugdet di BP Migas tergolong lama, sehingga berbagai pihak harus menunggu. "Kalau belum ada persetujuan apa yang mau dikeluarkan untuk membelanjakan pekerjaan," ujarnya. Baik Kunto Wibosono dan Thor Sutanassin memaklumi lambatanya BP Migas melakukan evaluasi penyusunan program dan bugdet yang sudah dimasukkan operator. Alasannya, pemimpin di BP Migas harus hati-hati, karena tidak ingin dianggap melakukan "mark up". Yang jelas, lanjut Kunto, kalau memang penyusunan program dan bugdet (work program and bugdet) rampung yang diperkirakan Oktober ini, pekerjaan awal yang dilakukan adalah mensosialisasikan program kerja ke berbagai pihak. Menyusul setelah itu, pelaksanaan tender pekerjaan yang harus dibangun di dalam eksplorasi dan eksploitasi Sumber Migas Blok Cepu. Diperkirakan pekerjaan melaksanakan tender kontrak pembangunan fasilitas produksi minyak mentah mulai di sekitar sumur Minyak Banyu Urip, hingga jaringan distribusi pipa dan bangunan penampung di Laut Tuban membutuhkan waktu selama setahun. Dijadwalkan Sumur Banyu Urip yang disebut mampu memasok kebutuhan minyak secara nasional sebesar 20 persen tersebut, pada 2008 sudah berproduksi. Sedangkan tanah yang dibutuhkan di lokasi eksplorasi dan eskploitasi Sumur Banyu Urip berkisar 750 ha.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006