Jeddah (ANTARA News) - Anggota Komisi Visi Bank Pembangunan Islam (IDB), Prof. B.J. Habibie, menegaskan bahwa IDB bukan saingan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia, karena ketiga lembaga donor itu sama-sama berusaha memberantas kemiskinan dan membantu pembangunan di berbagai negara. "Saya kira bukan saingan, justeru IDB, IMF dan Bank Dunia, harus bekerja sama untuk melakukan pembangunan manusia secara komprehensif," kata Habibie sebagaimana dilaporkan wartawan ANTARA dari Jeddah, Jumat. Dalam pertemuan tahunan Bank Dunia dan IMF, misalnya, IDB selalu dilibatkan. Bahkan pada pertemuan di Singapura 19 September 2006, Habibie diberi kesempatan menyampaikan pidato mengenai "Visi IDB 2020". Habibie berada di Saudi Arabia untuk memimpin sidang Forum Islam Internasional untuk Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Pembangunan Sumberdaya Manusia (IIFTIHAR). Sejak 1997, mantan Presiden Indonesia yang baru saja meluncurkan buku memoar kontroversial itu menjabat sebagai Presiden IIFTIHAR. Habibie yang enggan mengomentari pro kontra atas bukunya "Detik-Detik Yang Menentukan" itu lebih senang membicarakan masalah yang terkait dengan IIFTIHAR dan IDB. "Soal buku, silahkan semua orang bicara. Saya sudah menuliskan apa yang saya ingat," katanya berkilah. Menurut Habibie, kaum Muslimin sekarang di persimpangan jalan, akibat dari terus berlangsungnya konflik internasional, khususnya perang melawan terorisme. Ia menilai citra masyarakat Muslim kini berada pada titik nadir. "Tidak maju, terpinggirkan dan dilanda perang. Situasi di Timur Tengah, Afrika dan Asia Selatan, telah menjadi problem abadi yang mempengaruhi banyak negara-negara Muslim", katanya. "Kaum Muslimin sangat rentan, sehingga IDB harus mereposisi dirinya untuk menjawab tantangan itu. Tapi saya yakin, IDB bisa meresponnya dengan baik," katanya. Sebanyak 25 anggota IDB diklasifikasikan sebagai negara berkembang yang menghadapi banyak utang, ketidakamanan pangan, indeks pembangunan manusia yang rendah dan sebagian dilanda perang saudara. Untuk itu, kata Habibie, IDB perlu meninjau kembali peran dan fungsinya untuk membantu masyarakat Muslim dan juga masyarakat dunia lainnya. "Meski perbankan merupakan urusan utama IDB, kita perlu memberikan tekanan lebih besar kepada peran pembangunan IDB," katanya. Habibie yang diminta untuk merumuskan visi IDB 2020 memimpikan Bank Pembangunan Islam itu menjadi bank pembangunan tingkat dunia seperti Bank Dunia. "Kita jangan memberikan ikan, melainkan juga bagaimana menunjukkan cara menangkap ikan," ujarnya. Dalam memberantas kemiskinan, IDB menggunakan instrument zakat, wakaf dan sadaqah yang tidak dimiliki lembaga donor internasional lainnya. IDB juga sudah melakukan berbagai kegiatan dan proyek, seperti Dana Penghapusan Kemiskinan, Yayasan Zakat Internasional, dan Kamar Dagang Islam. Visi 2020 IDB sendiri bukan hanya untuk kepentingan kaum Muslimin saja, melainkan juga bagi kemanusiaan pada umumnya. "Mulanya sebagai mimpi bagi 1,3 miliar orang (kaum Muslimin), namun kini telah diubah menuju program bagi 6,0 miliar manusia, tanpa kecuali dan terbuka bagi semua manusia di dunia," demikian Habibie. (*)

Copyright © ANTARA 2006