Damakskus (ANTARA News) - Parlemen Suriah, Minggu (27/4), mengumumkan nama empat calon baru bagi pemilihan presiden 3 Juni di negara yang dirongrong konflik tersebut, demikian laporan kantor berita resmi Suriah, SANA.

Sawsan Haddad, Samir Muala, Mohammad Yasin dan Abdul-Salam Salameh adalah orang yang paling akhir mendaftarkan pencalonan mereka, sehingga jumlah seluruh pesaing bagi pemilihan presiden jadi enam.

Perincian lebih lanjut mengenai biografi para calon baru tersebut masih belum disiarkan.

Masa pendaftaran 10-hari bagi jabatan tinggi Suriah itu dimulai pada Selasa (22/4). Pemungutan suara buat orang Suriah di dalam negeri itu akan dimulai pada 3 Juni, sedangkan orang Suriah di luar negeri dijadwalkan memberi suara mereka pada 28 Mei.

Beberapa calon diperkirakan akan bersaing untuk memperebutkan kursi presiden sesuai dengan undang-undang dasar baru Suriah. Peraturan pemilihan umum Suriah menetapkan semua calon harus telah tinggal di Suriah selama 10 tahun berturut-turut sebelum mencalonkan diri. Syarat tersebut sangat membatasi anggota oposisi di pengasingan, yang banyak di antara mereka telah tinggal di luar negeri selama bertahun-tahun.

Berdasarkan peraturan, setiap calon bagi pemilihan itu harus memperoleh dukungan 35 anggota parlemen. Mahkamah Konstitusi Tertinggi, yang bertugas mengawasi proses pemilihan presiden, harus mempelajari permohonan mereka sebelum mengumumkan calon dalam waktu lima hari setelah jadwal pendaftaran 10-hari.

Waktu bagi pemilihan presiden tersebut telah membuat marah banyak orang di kalangan oposisi Suriah, serta pendukung mereka di wilayah itu maupun internasional yang telah mencap pemungutan suara mendatang sebagai "parodi demokrasi".

Para pejabat pemerintah mengatakan Presiden Bashar al-Assad adalah "jaminan nyata" bagi masa depan Suriah, demikian laporan Xinhua, Senin pagi. Mereka mengisyaratkan bahwa Bashar, kendati menghadapi gelombang kecaman, akan mencalonkan diri bagi pemilihan presiden mendatang dan memiliki peluang tinggi untuk terpilih kembali bagi masa jabatan tujuh-tahun ketiga.

Kelompok oposisi di dalam dan luar Suriah telah mengecam keputusan untuk menggelar pemilihan presiden di tengah konflik saat ini di negeri itu. Lebih dari 150.000 orang telah tewas dan sepertiga penduduk Suriah kehilangan tempat tinggal akibat berbagai bentrokan antara prajurit pemerintah dan kelompok gerilyawan bersenjata.

Mereka juga mengatakan jutaan orang Suriah mengungsi ke negara tetangga, banyak di antara mereka tak memiliki akses ke kebutuhan dasar, apalagi akses ke tempat pemungutan suara.

Bashar sendiri, yang masa jabatannya akan berakhir pada 17 Juli, belum mengumumkan apakah ia akan mencalonkan diri lagi, tapi ia telah berulangkali menyampaikan keinginannya untuk mencalonkan diri.

(C003)

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014