... lubang pengisian BBM-nya sudah kecil, sehingga hanya dapat mengkonsumsi BBM non-subsidi... "
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Direktur PT Astra Daihatsu Motor Sudirman MR mengatakan produksi mobil murah merek Toyota Agya dan Daihatsu Ayla telah menerapkan lubang pengisian bahan bakar untuk nozzle (instrumen pengabut BBM di ruang bakar) yang relatif kecil, sehingga tidak bisa mengkonsumsi bahan bakar bersubsidi.

"Sejak awal produksi, untuk Agya dan Ayla lubang pengisian BBM-nya sudah kecil, sehingga hanya dapat mengkonsumsi BBM non-subsidi," kata Presiden Direktur PT Astra Daihatsu Motor, Sudirman MR, seusai bertemu Menteri Perindustrian di Jakarta, Jumat.

Dia mengatakan pihaknya akan mencari tahu apakah konsumen mobil murah merek Agya dan Ayla masih mengkonsumsi BBM bersubsidi. Karena menurut dia secara teknis lubang pengisian BBM kedua mobil itu tidak muat dimasukkan nozzle premium. 

"Kalau konsumen pakai alat lain untuk memasukkan premium saya belum tahu pasti, karena lubang BBM Agya dan Ayla itu hanya bisa dimasukkan nozzle pertamax atau pertamax plus. Kalau mobil murah lain saya tidak tahu," ujar dia.

Sudirman menyampaikan selain itu pada tutup pengisian bensin Agya dan Ayla telah ditempelkan sticker informasi keharusan penggunaan BBM non-subsidi. Imbauan penggunaan BBM non-subsidi juga terdapat di buku manual.

"Kalau konsumen masih nekat memakai BBM bersubsidi yang tingkatannya dibawah RON 92, maka secara jangka panjang daya tahan mesin akan berkurang," papar dia.

Sebelumnya pemerintah melalui kementerian terkait menyatakan masih mengkaji perubahan lubang pengisian BBM mobil murah agar tidak dapat lagi mengkonsumsi BBM bersubsidi. Hal itu akan diikuti dengan pembedaan nozzle (alat pengisi) BBM bersubsidi dan non-subsidi.

Sudirman mengatakan kehadirannya di Kementerian Perindustrian untuk melaporkan bahwa Agya dan Ayla telah diproduksi dengan lubang BBM yang lebih kecil. Dia secara pribadi mengusulkan, dari pada pemerintah mengurusi nozzle untuk menghemat BBM bersubsidi, lebih baik BBM bersubsidi tidak diproduksi lagi.

"Kalau saya secara pribadi lebih baik premium ditiadakan saja. Lagi pula pembeli mobil murah itu seharusnya mampu membeli pertamax, karena walaupun lebih mahal sedikit tetapi lebih hemat jika diterapkan pada mobil murah," kata dia.

Pewarta: Rangga Jingga
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014