New York (ANTARA News) - Presiden Palestina, Mahmud Abbas, dalam Sidang Umum PBB DI New York, Kamis waktu setempat, mengatakan bahwa pemerintah Palestina yang baru nanti akan mengakui keberadaan Israel. "Saya ingin menegaskan kembali bahwa pemerintah Palestina berikutnya akan mematuhi seluruh kesepakatan yang sudah dibuat oleh PLO dan pemerintahan Palestina," kata Abbas dalam pidatonya di hadapan peserta sidang, se[erti dilansir AFP. Abbas merujuk pada surat kesepakatan yang dibuat oleh pemimpin Palestina dan Israel terdahulu, Yasser Arafat dan Yitzak Rabin pada 1993 yang berisikan pernyataan pengakuan bersama ysng bersejarah. Abbas yang telah bernegosiasi dengan kelompok Hamas melalui sebuah pemerintahan persatuan nasional, juga berkata: "kedua surat kesepakatan tersebut berisi pengakuan timbal balik antar PLO dan Israel, menolak kekerasan dan imbauan dilakukannya negosiasi untuk mencapai solusi permanen berupa pendirian negara Palestina merdeka, berdampingna dengan Israel." "Pemerintahan berikutnya akan patuh untuk menciptakan keamanan dan ketertiban untuk menyelesaikan fenomena milisi berlipat, ketidakdisiplinan dan kekacauan serta untuk menegakkan hukum." Pengakuan terhadap Israel dan penghentian kekerasan telah menjadi syarat kunci yang diatur oleh masyarakat internasional - dipimpin oleh kuartet diplomatik Timur Tengah - untuk membantu pemerintahan yang dipimpin Hamas di wilayah Palestina. Hamas baru-baru ini menolak syarat-syarat tersebut. hamas, yang memenangkan pemilu pada Januari dan Fatah, partai yang dipimpin oleh Abbas telah setuju untuk mengatur sebuah pemerintahan bersama, didasari oleh sebuah dokumen kesepakatan nasional yang dirancang pada bulan Juni yang secara implisit mengakui Israel. Pemimpin Hamas berkata bagaimanapun juga kesepakatan tersebut tidak berisi pengakuan terhadap Israel dan Abbas membekukan negosiasi dengan kelompok lawan sebelum meninggalkan Sidang PBB yang membahas kembali proses perdamaian Timur tengah. Dewan Keamanan PBB mengadakan sebuah rapat khusus pagi hari untuk mendiskusikan konflik Israel-Palestina setelah diminta oleh Liga arab. Pada rapat tersebut Sekjen PBB Kofi Annan meminta untuk memperbarui usaha untuk mendamaikan bangsa Israel dan Palestina. "Waktunya sudah datang untuk membangun kembali jembatan perdamaian yang telah hancur di antara Israel dan Palestina," kata Annan dalam pertemuan itu. "Kegagalan kita yang berlanjut untuk menyelesaikan konflik mempertanyakan keabsahan dan efektifitas dewan ini sendiri." Tidak ada reaksi langsung dari As terhadap pidato Abbas namun setelah rapat Dewan Keamanan Menlu AS Condoleeza Rice berkata: "Kami menerima usaha beliau (Abbas) untuk menyelesaikan krisis melalui pembentukan pemerintahan bersama. "Namun pemerintahan bersama harus mencerminkan prinsip kuartet karena anda tidak dapat mencapai perdamaian jika tidak mengakui keberadaan negara rekan anda dalam kesepakatan untuk perdamaian dan penghentian kekerasan." Kuartet itu bersikeras bahwa setiap pemerintahan Palestina harus mengakui keberadaan Israel, menghentikan kekerasan dan patuh terhadap kesepakatan sebelumnya yang dibuat bersama Israel. Dalam pidatonya Abbas mengingatkan untuk tidak membiarkan konflik Timur Tengah memburuk. "Tanpa penyelesaian masalah Palestina dan kelanjutan pengambilan tanah Palestina dan Arab sejak 1967 oleh Israel, ketegangan dan amarah akan menyebabkan konflik terus berlangsung dan membuka pintu terjadinya kekerasan, terorisme, konfrontasi regional dan krisis global,"kata Abbas kepada peserta sidang. Abbas menunjukkan penyesalan terhadap peta perdamaian yang diakui oleh Kuartet AS, Rusia, Uni Eropa, dan PBB - pada 2003 telah `mencapai kondisi diam di tempat bahkan regresi.` Dia berkata pembangunan pagar pengaman di Tepi Barat, kolonisasi dan serangan militer Israel menciptakan keputusasaan dan frustasi. "Di bawah kondisi seperti ini Saya dapat sedara resmi bertanya bagaimana masyarakat internasional dapat berharap ekstrimisme mundur, atau gelombang kekerasan berhenti." Abbas menyelesaikan pidatonya dengan mengutip ucapan Arafat ketika dia berbicara dalam Sidang PBB 1974 dengan memakai sarung pistol di pinggangnya dan menggenggam ranting pohon zaitun di tangannya: "Jangan sampai saya melepaskan ranting ini dari tangan saya, jangan sampai saya melepaskan ranting ini dari tangan saya." (*)

Copyright © ANTARA 2006