Ini bukan ide saya. Tetapi murni dari penulis skenario dan sutradara. Ini urusan seni, jadi tidak boleh diintervensi."
Jakarta (ANTARA News) - Kemiskinan bukan sesuatu yang harus diratapi, apalagi menyalahkan Sang Pencipta. Tetapi kemiskinan justru dapat menjadi cambuk untuk menjadi lebih baik.

Penggalan kalimat itulah yang terlontar dari Donny Damara, aktor pemeran Mohammad Iskan, orang tua Dahlan Iskan dalam film Sepatu Dahlan, yang segera memasuki masa putar mulai 10 April 2014.

Film Sepatu Dahlan merupakan film drama yang diangkat dari biografi Dahlan Iskan yang menjabat sebagai Menteri BUMN.

Pada acara Gala Premier film tersebut yang digelar di bioskop XXI Epicentrum Kuningan, Jakarta, Selasa malam hampir seluruh pemeran utama dihadirkan dalam konferensi pers di dua studio secara bergantian.

Film besutan sutradara Benni Setiawan ini menggambarkan betapa kemiskinan tidak pernah menyurutkan semangat Dahlan untuk tetap bersekolah meski harus menempuh puluhan kilometer tanpa alas kaki.

Film ini juga dibintangi Aji Santosa sebagai Dahlan, Kinaryosih (Ibunda Dahlan), Bima Azriel, Ray Sahetapy, Kirun, Teuku Rifnu Wikana, Mucle Katulistiwa.

Dahlan kecil merupakan anak yang tidak terlalu cerdas dalam hal studi, namun semangatnya yang keras dan didorong oleh orang tua bahwa harus punya harga diri menjadikannya sebagai sosok yang tegar.

Keluarga Dahlan tinggal di Kebon Dalem, sebuah desa kecil di Magetan, dengan kehidupan yang melarat.

Bahkan untuk sarapan pun keluarga ini "senin kemis", karena selalu makan ubi dan hanya sekali-kali makan nasi.

Terkadang, Dahlan dan adiknya selalu mengikat kencang perutnya dengan sarung untuk menahan lapar.

Namun semangat Dahlan untuk bersekolah tetap tinggi, meskipun setiap hari harus bertelanjang kaki puluhan kilometer untuk sampai disekolah.

Ayah Dahlan bekerja serabutan dan ibunya sebagai pembatik, hidup serba pas-pasan sehingga sangat ingin ketiga anaknya memperoleh hidup yang lebih baik.

Pada saat lulus SR, Dahlan Iskan mendapat 3 nilai merah pada ijazah sehingga membuat ayahnya berang. Dahlan pun tidak diterima di SMP Magetan, sekolah yang sejak lama dicita-citakan.

Namun berkat dorongan dari ibundanya, Dahlan tetap semangat, bahwa dimanapun bersekolah yang terpenting adalah niat belajar.

Dahlan pun aktif dalam organisasi sekolah dan terpilih menjadi pemain inti bola voli SMP.

Keinginan Dahlan untuk memiliki sepatu kian besar, agar dapat digunakan bertanding dan juga tidak lagi "nyeker" ke sekolah.

Namun hasratnya mempunyai sepatu pupus, karena ibunda Dahlan Iskan jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia.

Di tengah kesulitan itu Dahlan harus menjaga adiknya dan terus berjuang mengejar mimpi-mimpinya.

Film berdurasi 90 menit ini mengambil gambar di Dusun Blodro, Mojorayung, Wungu, Madiun.

Film yang diambil dari Novel Sepatu Dahlan ini, sarat dengan pembelajaran bahwa untuk bisa bangkit dari kemiskinan adalah harus bekerja keras dan pantang menyerah kepada keadaan.

Dahlan Iskan dalam konferensi pers tersebut pun, mengaku bahwa dirinya tidak mencapuri pembuatan film baik dari cerita maupun latar dari film mengenai masa kecilnya itu.

"Ini bukan ide saya. Tetapi murni dari penulis skenario dan sutradara. Ini urusan seni, jadi tidak boleh diintervensi," ujar Dahlan, didampingi istri Ny Nafsiah Sabri, di hadapan sekitar 250 orang penonton. (R017)

Oleh Royke Sinaga
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014