Surabaya, (ANTARA News) - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Eksekutif Daerah Jawa Timur menduga pembuangan lumpur panas ke Kali Porong, Kali Mati ataupun ke laut (Selat Madura) tanpa proses "treatment", sengaja dilakukan dan sudah direncanakan sejak awal oleh Lapindo Brantas Inc. Hal itu dikemukakan Direktur Eksekutif Daerah Walhi Jatim, Ridho Saiful Ashadi yang dihubungi di Surabaya, Selasa (12/9) terkait pembuangan lumpur panas ke Kali Porong beberapa hari terakhir. "Patut diduga Lapindo Brantas sudah menskenario pembuangan lumpur panas ke Kali Porong, Kali Mati atau laut tanpa proses pengolahan, sudah sejak lama. Itu bisa terlihat dari pemasangan pipa-pipa pembuangan yang mengarah ke Kali Porong," katanya. Dari hasil pengamatan lapangan yang dilakukan aktivis Walhi Jatim, saat ini terdapat dua jenis pipa yang digunakan Lapindo Brantas untuk membuang lumpur ke Kali Porong, Kali Mati ataupun ke laut. Pipa pertama berdiameter sekitar 12 inci yang digunakan membuang air lumpur ke Kali Porong. Sedang pipa kedua yang memiliki diameter sekitar 50 cm dipasang di sepanjang sisi utara Kali Porong menuju ke laut. Menurut Saiful, pemasangan pipa pembuangan lumpur ke Kali Porong sudah dilakukan sejak akhir Agustus lalu. Bahkan air lumpur berwarna merah tanpa pengolahan terlihat dibuang ke Kali Porong. "Pembuangan air lumpur itu dilakukan di luberan lumpur terluar di Desa Pejarakan Kecamatan Jabon dengan menggunakan pipa karet kira-kira sepanjang 300 meter yang dipompa dengan diesel raksasa," ujarnya. Ia menambahkan di sekitar pipa pembuangan tersebut didirikan 16 barak personil TNI dengan kapasitas sekitar 40 orang setiap baraknya. "Kami tidak bisa memastikan, apakah pendirian sejumlah barak TNI tersebut terkait dengan pengamanan pembuangan air lumpur tanpa "treatment" yang dilakukan Lapindo Brantas," tambahnya. Lebih lanjut, Syaiful Ashadi menambahkan pergerakan lumpur panas berjalan menuju sisi selatan dan timur, yakni pada sisi selatan terdapat Kali Porong dan Kali Mati yang jaraknya tinggal sekitar 300 meter dari luberan lumpur terluar, sedang pada sisi timur terdapat laut (Selat Madura). Dengan melihat arah pergerakan lumpur dan semakin dekatnya musim hujan, maka lumpur panas akan dengan mudah mengalir ke Kali Porong dan selanjutnya menuju laut. "Kalau misalnya hal ini terjadi, bisa jadi Lapindo dengan mudah berkilah bahwa mengalirnya lumpur ke Kali Porong dan laut diluar kekuasaannya. Bisa jadi juga arah pergerakan lumpur panas ini memang telah diskenariokan sejak awal," kata Saiful. Selain Walhi Jatim, sejumlah pihak diantaranya Bupati Sidoarjo Drs Wien Hendrarso, Dewan Lingkungan Hidup Sidoarjo dan aktivis lingkungan lainnya juga meminta Lapindo Brantas menghentikan pembuangan air lumpur ke laut tanpa melalui proses pengolahan lebih dulu. Sebelumnya, Vice Presiden HRD yang juga Kepala Divisi Humas Lapindo Brantas Inc, Yuniwati Teryana, Sabtu (9/9), menyatakan menyatakan, pembuangan air lumpur ke Kali Porong atau laut merupakan alternatif terburuk yang dilakukan, untuk mencegah air lumpur "lari" ke pemukiman warga yang belum tergenang. Namun, jika pengerjaan "pond-pond" (kolam penampungan) yang direncanakan dapat menampung luapan lumpur hingga beberapa bulan mendatang selesai, dan proses "water treatment" juga segera berjalan serta ijin dari Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) telah keluar, maka air yang telah diproses bisa segera dialirkan ke Kali Porong dan ke laut. "Tidak ada unsur kesengajaan, itu terpaksa dilakukan jika keadaannya mendesak, terutama jika musim hujan tiba. Karena jika air yang ada di dalam pond sekarang tidak segera dialirkan, maka pond-pond yang ada sekarang tidak akan mampu manampung lagi," kata Yuniwati.(*)

Copyright © ANTARA 2006