Surabaya (ANTARA News) - Peserta konvensi calon presiden Partai Demokrat Dino Patti Djalal menegaskan 1.000 persen tidak setuju wajib militer diterapkan di Indonesia.

"Kita harus realistis, saya 1.000 persen tidak setuju dengan wajib militer. Apabila itu terjadi, lalu siapa yang membayar masyarakat yang tidak bekerja," kata Dino dalam debat Capres konvensi Partai Demokrat, di Surabaya, Kamis.

Dino menilai angkatan bersenjata Indonesia adalah terbesar di Asia Tenggara sehingga para negara ASEAN sudah pasti ketakutan dengan kekuatan pertahanan Indonesia.

Wajib militer menurut dia hanya akan menimbulkan ketidakstabilan politik dan keamanan di tingkat kawasan karena sudah terjalin hubungan damai antarnegara ASEAN.

"Wajib militer itu akan kontraproduktif dengan semangat perdamaian di tingkat kawasan, karena apabila kebijakan itu terjadi akan membuat ketidakstabilan politik," ujarnya.

Dia menilai 240 juta penduduk Indonesia yang ikut wajib militer akan membuat cemas negara-negara ASEAN sehingga dikhawatirkan menimbulkan ketegangan strategis.

Menurut dia, di tingkat ASEAN sudah ada kesepakatan kerjasama pertahanan di tingkat kawasan untuk menjaga keamanan.

"Indonesia saat ini tidak punya musuh dan tidak ada negara yang dinilai sebagai musuh oleh Indonesia," tegasnya sembari mengatakan wajib militer itu akan menelan biaya hingga ratusan triliun rupiah.

Dana sebesar itu menurut dia seharusnya digunakan untuk pengentasan kemiskinan, pendidikan, kesehatan rakyat, dan pertumbuhan ekonomi.

Konvensi calon presiden Partai Demokrat mengadakan debat bernegara diantara 11 peserta konvensi di Grand City Convention Hall, Surabaya, pada Kamis (13/2).

Tema keamanan, pertahanan, sosial dan budaya menjadi dua topik utama yang akan dibahas dalam acara debat yang dibagi dalam dua sesi itu.

Kesebelas peserta konvensi adalah Hayono Isman, Dahlan Iskan, Gita Wirjawan, Anies Baswedan, Dino Patti Djalal, Endriartono Sutarto, Ali Masykur Musa, Irman Gusman, Marzuki Alie, Pramono Edhie, dan Sinyo Harry Sarundajang.

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014