Jakarta (ANTARA News) - Konstruksi bangunan menjadi dua kali lebih kokoh, tahan gempa, dan kedap air laut dengan ditemukannya bahan konstruksi nanosilika, suatu jenis mineral yang melimpah ruah di Indonesia dan diolah melalui teknologi nano. "Dengan mencampur beton dengan 10 persen bahan nano-silica, kekuatan bertambah menjadi dua kali lipatnya," kata penemu dan pemilik paten nanosilika, Dr Nurul Taufiqu Rochman di sela Konferensi Internasional "Advanced Material and Practical Nanotechnology" di Serpong, Banten, Senin. Indonesia, ujar Peneliti dari Puslit Fisika LIPI itu, memiliki potensi silika hingga miliaran ton di berbagai tempat seperti di pantai, pegunungan dan lain-lain dan karena itu akan memperoleh bahannya dengan murah. Untuk mengolah silika itu, ujar Nurul, pihaknya juga telah mematenkan alat pengolahnya yang diberi nama ball mill. Ball mill ini yang menghancurkan mineral tersebut hingga berukuran nanometer (0,000000001 meter). Nanosilika yang harganya hanya 30 persen lebih mahal daripada semen namun kualitasnya mencapai dua kalinya itu menjadi alternatif menggantikan mikrosilika yang masih diimpor dan dengan harga relatif mahal, ujarnya. "Mikrosilika adalah silika yang digiling dengan peralatan penggilingan biasa sebagai bahan konstruksi beton. Namun nanosilika diproses dengan ball mill yang hasilnya menjadi lebih halus lagi sehingga menjadi lebih kuat," katanya. Pada masa depan, ujarnya, konstruksi sipil seperti bangunan, jembatan terowongan bahkan di dalam laut menjadi lebih murah dan sederhana dengan nanosilika. Ketua Masyarakat Nanoteknologi Indonesia (MNI) itu mengatakan, Indonesia sebenarnya sudah sangat terlambat memasuki dunia nanotechnology yang jika tidak segera memulainya sekarang juga bakal menghadapi banyak masalah pada masa depan. Teknologi nano, ujarnya, mampu menyusun atom atau molekul karbon yang terdapat dalam batubara dan grafit menjadi sebutir berlian yang berkilauan. "Itu karena atom-atom yang terdapat dalam grafit sama persis dengan atom-atom dalam berlian, yang berbeda hanya strukturnya dan dapat direkayasa dengan teknologi nano," ujarnya.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006