Dia adalah olahragawan sejati. Rekor golnya luar biasa"
Lisbon (ANTARA News) - Eusebio yang dijuluki "Panther Hitam", meninggal dunia kemarin pada usia 71 tahun dan menebarkan duka manusia untuk orang yang tumbuh di Afrika yang miskin sebelum menjadi salah satu pemain sepakbola terbesar di dunia.

Eusebio da Silva Ferreira menguasai sepakbola Portugal pada 1960-an dan membawa kejayaan baik bagi klubnya Benfica maupun negaranya.

Pemerintah Portugal mengumumkan berkabung nasional tiga hari dengan bendera setengah tiang berkibar di Lisbon menjelang pemakamannya hari ini yang diperkirakan akan dihadiri puluhan ribu orang.

"Sepakbola kehilangan seorang legenda," kata Presiden FIFA Sepp Blatter melalui Twitter.  "Tapi tempat Eusebio di antara para pemain agung tak akan pernah terampas."

Legenda sepakbola Inggris Bobby Charlton yang membawa Manchester United menang dari Benfica pada final Piala Eropa 1968, mengaku bangga mengenal Eusebio.

Berkata di depan 75.000 pendukung MU menjelang laga Piala FA semalam, Charlton berkata, "Dia adalah salah seorang pemain terbaik yang dengan bangga saya hadapi."

"Tak hanya itu, dia adalah olahragawan sejati. Rekor golnya luar biasa."

Eusebio mencetak 733 gol dalam 745 laga, dan bersaing dengan tiga pemain terbesar sepanjang masa Pele, Alfredo Di Stefano dan Bobby Charlton.

"Saya pernah menjadi pemain terbaik di dunia, top scorer di dunia dan Eropa. Saya telah melakukan segalanya, kecuali menjuarai Piala Dunia," kata Eusebio dalam wawancara tahun 2011, mengenang gagalnya Portugal dalam semifinal Piala Dunia 1966 melawan Inggris.

Dari bekas koloni Portugal di Mozambique, Eusebio muncul sebagai salah satu striker paling ditakuti di dunia, gabungan antara kecepatan seperti panther dengan kemampuan menembak yang ganas.

Lahir 1942, anak miskin dari Maputo itu mekar di lingkaran sepakbola Mozambique lewat klub Sporting Lourenco Marques yang memiliki tautan dengan Sporting Lisbon.

Dengan kemampuan teknik, kekuatan dan rekor golnya yang luar biasa, nama Eusebio bergema di Portugal. Pada Desember 1960 dia ditawari tampil uji coba oleh Sporting.

Eusebio tak mau jauh dari ibundanya, kecuali Sporting mengikatnya dengan kontrak yang kuat. Sporting tak bersedia, dan ini membuka kesempatan kepada Benfica.

Pada laga untuk Benfica dia mempesonakan Pele dalam laga persahabatan melawan Santos, dan pada 1962 dia menciptakan gol penting saat Benfica menang 5-3 dari Real Madrid pada final Piala Eropa.

Ketika legenda Madrid asal Hungaria Ferenc Puskas secara simbolis menyerahkan jersey dia kepada Eusebio setelah pertandingan final itu, pesannya jelas, masa telah berganti, dan pada 1965 Eusebio diganjar Ballon d'Or.

Lalu, penampilannya pada Piala Dunia 1966 menjadi sangat dikenang.

Sembilan gol Eusebio di Inggris mengantarkan Portugal finish di tempat ketiga. Dia telah memamerkan kekuatan dan kecepatan permainannya.

Dia mencetak dua gol saat Portugal menang 3-1 untuk menyingkirkan juara bertahan Brazil dari turnamen tersebut.

Pada perempatfinal, Eusebio tak tertahankan lagi, seorang diri menyelamatkan Portugal setelah tertinggal 0-3 dari Korea Utara dalam kurun 20 menit.

Korea Utara dipecundangi oleh empat gol Eusebio ketika Portugal akhirnya menang 5-3.

Pada semifinal melawan Inggris, Eusebio dijaga ketat tapi masih mampu menjaring gol. Dia mencetak golnya yang kesembilan di turnamen itu pada perebutan tempat ketiga melawan Uni Soviet.

Dia mengakhiri penampilannya bersama timnas dengan 64 kali memperkuat timnas dan menciptakan 41 gol. Dia juga dua kali meraih Golden Boot dan menjadi top scorer Portugal antara 1964 dan 1973.

Dia membawa Benfica 11 kali juara liga dan lima piala domestik. Pada 1975 dia bergabung dengan Liga Sepakbola Amerika Utara (NASL) sebelum pensiun pada 1979.

Menikah dan mempunyai dua anak perempuan, dia pensiun untuk menjadi duta besar Benfica dan federasi sepakbola Portugal.

"Eusebio akan selalu abadi. Rest in peace," tulis Cristiano Ronaldo, dalam laman Facebook bersama foto dirinya dengan idolanya itu.

Hari Minggu jenasahnya dibawa ke Luz Stadium (Stadium of  Light) di Lisbon di mana para pendukung meletakkan karangan bunga dan berdoa di hadapan patung Eusebio.

"Bagi saya, dia sungguh pencipta sepakbola," kata pendukung berusia 24 tahun bernama Luis Marques.

Misa akan diadakan di Gereja Seminari dekat stadion itu Senin ini pukul 23.00 WIB, lalu dimakamkan di pemakaman Lumiar, di utara kota Lisbon.

Sebelum dimakamkan, peti jenasah akan diarak ke sekeliling stadion pukul 20.30 WIB.

"Portugal hari ini kehilangan salah satu putera yang dicintainya, Eusebio da Silva Ferreira. Negeri berduka untuknya," kata Presiden Anibal Cavaco Silva seperti dikutip AFP.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014