Surabaya (ANTARA News) - General Manager PT Lapindo Brantas Inc., Rawindra, mengemukakan bahwa ledakan yang terjadi di pusat semburan lumpur panas kawasan Sumur Banjarpanji-1, Siring, Porong, Sidoarjo, Jumat (25/8) malam, yang membawa dua orang terluka merupakan hal biasa lantaran adanya sumbatan. Ledakan yang menyebabkan lumpur menyembur hingga sekitar 30 meter itu, karena adanya sumbatan pada lubang semburan yang selama ini mengeluarkan lumpur, hingga terjadi tekanan besar ke atas, katanya, Sabtu. Rawindra ketika dimintai penegasan mengatakan, adanya sumbatan lubang lumpur membuat semburan yang terjadi menjadi lebih kuat. "Itu kan, karena mulut kawahnya runtuh, kemudian menyebabkan aliran lumpur tersumbat. Nah, kemarin itu sumbatannya terpecah, kemudian lumpurnya langsung lompat," katanya. Akibat ledakan itu dua orang terluka, yakni anggota Yon Zipur 5/Kepanjen Malang Prada Erfan Velani (23 tahun) dan operator excavator Yuli Eko Hartanto (39 tahun). Prada Erfan Velani saat ini dirawat di RSU Sidoarjo dan Yuli Eko Hartanto di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo Surabaya. Pihak PT Lapindo Brantas Inc menyampaikan rasa prihatin atas terjadinya letupan di pusat semburan lumpur yang mengakibatkan dua orang petugas lapangan itu terluka. External Relations and Security Manager Lapindo, Budi Susanto, menyatakan bahwa perusahaannya akan menanggung semua biaya kesehatan dari kedua korban, serta akan memberikan santunan pada korban dan keluarganya. "Tindakan cepat segera diambil saat kejadian. Korban segera mendapatkan pertolongan pertama, kemudian dilarikan ke RSUD Sidoarjo. Sementara, korban Yuli Eko Hartanto saat itu juga dipindahkan ke RSUD Dr Sutomo Surabaya mengingat kondisi lukanya yang parah," ujar Budi. Ia menambahkan bahwa korban telah menjalani operasi dan telah melewati masa kritis. Berkaitan dengan terjadinya letupan tersebut, Budi mengimbau, agar warga masyarakat tidak menjadikan luapan lumpur ini sebagai tontonan, mengingat kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak terduga yang bisa membahayakan warga sekitar. Sementara itu, sejumlah saksi mata mengemukakan terjadi penebalan asap yang keluar dari pusat semburan lumpur sejak sekira pukul 22.50 WIB, Jumat, dan sekitar lima menit kemudian asap semakin tebal membubung vertikal. Kemudian, sekira pukul 23.00 WIB terjadi tiga kali ledakan disertai semburan lumpur setinggi 40 hingga 50 meter. Belum diketahui secara pasti bagaimana korban Yuli Eko Hartanto, warga Tegalsari, Surabaya, mengalami kecelakaan. Berdasarkan dugaan pihak PT Lapindo Brantas Inc., ledakan membuat korban yang sedang mengemudikan buldozer kaget, sehingga kendaraan proyek teknis tersebut mundur dan terperosok di dataran yang lebih rendah sekira tiga meter. Korban diduga lompat dari buldozer, dan terbentur benda keras. "Jadi, keduanya terluka bukan karena terkena lumpur panas atau pun menghirup gas H2S, karena alat gas monitoring menunjukkan bahwa gas H2S kadarnya nol," jelas Budi. Berkaitan dengan adanya informasi yang beredar bahwa ledakan berasal dari sumur eksplorasi BJP-1 milik Lapindo, Budi menegaskan, hal itu tersebut tidak benar. "Yang benar, letupan itu terjadi di pusat semburan lumpur yang terletak sekitar 150 meter dari sumur BJP-1," tegasnya. Budi juga mengatakan, apa penyebab terjadinya letupan di pusat semburan tersebut belum bisa diketahui secara pasti, meski ada teori yang menduga bahwa letupan terjadi lantaran lubang tempat keluarnya lumpur tersumbat oleh padatan lumpur yang semakin menggunung di sekitar lubang. "Tapi, bagaimana sebenarnya, kita belum bisa mengetahui secara pasti," demikian Budi. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006