Masih ada penolakan ekspor pangan dari Indonesia yang disebabkan perbedaan hasil pengujian di Indonesia dengan negara tujuan ekspor,
Penajam Paser Utara (ANTARA) -
Badan Standardisasi Nasional (BSN) memastikan keamanan pangan dan lingkungan Indonesia dengan pengujian kebenaran atau pengesahan (validasi) yang terukur melalui bahan acuan tersertifikasi (certified reference material/CRM).
 
"Masih ada penolakan ekspor pangan dari Indonesia yang disebabkan perbedaan hasil pengujian di Indonesia dengan negara tujuan ekspor," jelas Direktur Standar Nasional Satuan Ukuran Termoelektrik dan Kimia Badan Standardisasi Nasional (SNSU TK-BSN) Ghufron Zaid dalam keterangan resmi yang diterima ANTARA di Penajam, Kalimantan Timur, Selasa.
 
Penolakan ekspor pangan dari dari Indonesia seperti produk perikanan, pertanian, hortikultura, serta rempah-rempah yang disebabkan temuan kontaminasi mikrobiologi, logam berat, atau residu antibiotik dan pestisida.
 
Karena itu untuk memastikan keamanan pangan Indonesia, menurut dia, sangat penting ada pengujian kimia yang sah dan terukur dengan menggunakan bahan acuan tersertifikasi atau CRM.

Baca juga: BSN terbitkan SNI dukung pelaksanaan SPBE melalui layanan akreditasi
 
Bahan acuan tersertifikasi adalah nilai yang ditetapkan dengan prosedur yang sah secara metrologi disertai sertifikat bahan acuan dinyatakan ketertelusuran metrologi dan pernyataan nilai ketidakpastian.
 
Kemudian pemastian keabsahan hasil pengukuran melalui laboratorium pengujian dengan menjamin rantai ketertelusuran yang dibangun ke sistem satuan internasional (SSI) tidak terputus.
 
SNSU BSN telah meluncurkan dua produk CRM untuk pengujian pangan, kata dia, yaitu pengawet dalam produk kecap (IDNRM-MO-2-001) dan unsur dalam air mineral (IDNRM-MI-1-001).
 
SNSU BSN mengupayakan penyediaan bahan acuan lainnya seperti residu pestisida dalam bubuk bawang merah, gas karbon monoksida dalam nitrogen, gas oksigen dalam nitrogen, anion dan kation dalam air permukaan, logam dalam kakao, pengawet dalam minuman, residu pestisida dalam air konduktivitas; serta buffer fosfat (pH 6-7).
 
Berikutnya, tiga produk CRM untuk sektor lingkungan, yaitu parutan buffer ftalat (IDNRM-MC-1-001), gas karbon dioksida dalam nitrogen (IDNRM-MG-1-012) dan unsur dalam air sungai (IDNRM-MI-2-001).
 
Hasil pengukuran yang akurat dalam lingkungan penting untuk pembuatan kebijakan negara terkait masalah lingkungan, seperti polusi udara, menurut dia, ketersediaan data yang sah sangat penting bagi pemangku kepentingan untuk membuat keputusan kebijakan lingkungan yang tepat.
Produk CRM tersebut memiliki keunggulan karena diproduksi oleh Laboratorium SNSU Kimia BSN yang telah terakreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN) untuk SNI/ISO IEC 17025:2017 sebagai Laboratorium Kalibrasi (LK-070-IDN) dan SNI ISO 17034:2016 sebagai produsen bahan acuan (PBA-005-IDN).
 
Sebagian besar CRM yang digunakan di laboratorium pengujian di Indonesia masih diimpor, BSN melalui Deputi Bidang SNSU sebagai Lembaga Metrologi Nasional (National Metrology Institute/NMI) terus berupaya memastikan ketersediaan CRM untuk sektor pangan di Indonesia.
 
Kebutuhan di Indonesia sangat besar karena terdapat lebih kurang 1.300 laboratorium pengujian di Indonesia yang membutuhkan CRM untuk penjaminan ketertelusuran serta pengesahan hasil pengukuran, demikian Ghufron Zaid.

Pewarta: Nyaman Bagus Purwaniawan
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2024