Jakarta (ANTARA) - Kurang tidur seringkali membuat kita terbangun dalam kondisi mengalami sakit kepala di pagi hari dan merasa mengantuk sepanjang hari.

Hal ini membuat kita sering tertidur tiba-tiba atau membutuhkan kafein untuk melewati hari.

Dilansir dari Medical Daily, Selasa, Spesialis Klinik Kesehatan Tidur Bersertifikat Dr. Holliday-Bell mengatakan stres dapat memicu tubuh merasa lelah atau melawan sistem respon yang menyebabkan terjadinya pelepasan hormone kortisol secara berlebihan.

Baca juga: Pola tidur sehat bantu kurangi risiko penyakit jantung

Baca juga: Tidur berkualitas penting sebelum berolahraga pagi


Bell mengatakan kondisi tersebut menyebabkan detak jantung seseorang meningkat, tekanan darah dan laju pernafasan meningkat sehingga tubuh akan merasa terangsang dan jauh lebih bersemangat, hal inilah yang menyebabkan waktu tidur jadi tidak kondusif.

“Peningkatan kortisol dasar ini menyebabkan peradangan melemahnya pembuluh darah dan penyakit jantung," katanya.

Tidur juga membantu seseorang mengatur rasa lapar dan kenyang sehingga hormon lapar ghrelin dilepaskan dalam jumlah yang lebih tinggi ketika kita tidak cukup tidur dan hormon leptin diproduksi dalam jumlah yang lebih sedikit, katanya.

Kurang waktu tidur juga dapat menimbulkan konsekuensi jangka panjang yang serius pada berbagai aspek kehidupan, mulai dari penambahan berat badan dan melemahnya kekebalan tubuh hingga peningkatan risiko kecemasan, depresi, dan penyakit jantung, yang pada akhirnya berdampak pada kualitas hidup dan umur panjang.

Berdasarkan laporan jajak pendapat Gallup baru-baru ini menunjukkan bahwa orang dewasa di Amerika Serikat sebanyak 57 persen mengatakan mereka akan merasakan suasana hati yang jauh lebih baik jika waktu tidurnya lebih banyak.

Hasil tersebut menunjukkan ada hubungan yang jelas antara meningkatnya stres dan penurunan kualitas tidur. Sebanyak 63 persen mengatakan mengalami stres yang lebih parah bila tidur kurang, dan 31 persen mengaku puas dengan tidurnya meski mengalami tingkat stres yang serupa.

Ia menyayangkan temuan itu karena selain dampak buruk yang telah disebutkan, kurang tidur membuat anda cenderung membuat keputusan mengonsumsi makanan yang buruk dan berujung pada peningkatan risiko obesitas.

“Sistem kekebalan tubuh kita diatur dan berfungsi paling baik di malam hari, sehingga kurang tidur secara terus-menerus meningkatkan risiko kita terkena infeksi, secara signifikan kita lebih mungkin mengalami kecemasan dan depresi ketika tidak mendapatkan tidur yang cukup," ujarnya.

Dengan memprioritaskan dan mendapatkan kualitas tidur yang cukup, kita mengurangi risiko semua kondisi ini, yang menyebabkan peningkatan umur panjang, tambahnya.

Maka dari itu, untuk mengurangi tingkat stres dan meningkatkan kualitas tidur, Bell merekomendasikan penerapan ritual sederhana sebelum tidur seperti mandi air hangat dan melakukan praktik relaksasi seperti meditasi.

Ia juga merekomendasikan penderita yang kesulitan tidur untuk melakukan rutinitas tidur santai yang konsisten untuk membantu menenangkan diri dari hari dan mengurangi stres melalui mendengarkan musik atau membaca buku dan membuat jurnal sebelum tidur.

Lakukan aktivitas brain dump atau mengeluarkan isi pikiran anda di malam hari selama 10 hingga 15 menit, untuk menuliskan semua pikiran yang muncul di benak anda sehingga kecil kemungkinan kita memikirkannya saat mencoba untuk tertidur.

“Saya juga merekomendasikan untuk menggabungkan teknik relaksasi seperti meditasi, relaksasi otot progresif, dan imajinasi terpandu untuk membantu meredakan stres dan kecemasan serta membuatnya lebih mudah untuk tertidur, "kata Dr. Holliday-Bell.


Baca juga: 5 Tips bikin tidur nyenyak dan berkualitas

Baca juga: Tidur nyenyak berkhasiat mengendalikan kadar gula darah dalam tubuh

Baca juga: Olahraga dua jam sebelum tidur dapat membantu lebih nyenyak

 

Penerjemah: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024