Moskow (ANTARA) - Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tidak memiliki rencana untuk mengirimkan pasukan darat tempur ke Ukraina meskipun faktanya beberapa negara anggota telah mengirim sejumlah personel militer berseragam ke Kiev, kata Jens Stoltenberg pada Minggu (21/4).

"Tidak ada rencana untuk kehadiran tempur NATO di Ukraina tetapi, tentu saja, beberapa negara sekutu NATO memiliki pria dan wanita berseragam di kedutaan masing-masing yang memberikan nasihat," kata Sekretaris Jenderal NATO tersebut kepada MSNBC.

Stoltenberg berpendapat bahwa kehadiran personel militer sekutu di Ukraina tidak menjadikan aliansi atau negara-negara anggotanya ikut serta dalam konflik.

Pejabat berkewarganegaraan Norwegia itu juga menegaskan bahwa bantuan militer yang mengalir ke Ukraina dari sekutu NATO, termasuk dana sebesar 61 miliar dolar AS (sekitar Rp990 triliun) yang disahkan oleh DPR AS pada Sabtu (20/4), bukanlah dana amal.

"Kita harus ingat bahwa dukungan militer yang diberikan oleh sekutu NATO, Amerika Serikat kepada Ukraina bukanlah sebuah amal – ini adalah investasi untuk keamanan kita sendiri," katanya.

Juru bicara Pentagon Patrick Ryder pada Sabtu mengungkapkan bahwa Washington sedang mempertimbangkan untuk mengirim lebih banyak penasihat militer ke Kantor Kerja Sama Pertahanan di Kedutaan Besar AS di Kiev.

Ryder mengatakan bahwa kantor tersebut melakukan misi pemberian nasihat dan dukungan non-tempur meskipun dikelola khususnya oleh personel Departemen Pertahanan.

Sumber: Sputnik

Baca juga: Ukraina apresiasi RUU bantuan militer berhasil diloloskan DPR AS
Baca juga: Belanda bantu Ukraina Rp3,4 triliun untuk pertahanan udara
Baca juga: Rusia tuduh Ukraina sering tembak fasilitas medis dan staf medis

Penerjemah: M Razi Rahman
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2024