Singapura (ANTARA News) - Lima laki-laki warga setempat diperiksa pihak berwenang atas dugaan meretas laman presiden dan perdana menteri Singapura, kata polisi, Selasa, di tengah maraknya serangan dunia maya di negara kota itu.

Polisi dalam pernyataannya mengatakan para tersangka peretas itu pekan lalu telah "memanfaatkan kelemahan" di kedua laman itu.

Sebuah sub halaman di laman Istana, kediaman resmi Presiden Tony Tan, diretas dan menampilkan sebuah gambar kasar pada Jumat lalu, satu jam setelah laman Perdana Menteri Lee Hsien Loong menampilkan pesan mengejek dari kelompok peretas Anonymous.

Polisi mengatakan kelima tersangka adalah warga setempat berusia antara 17 hingga 45 tahun.

Seorang warga Singapura lain, James Raj (35) sudah didakwa di pengadilan pada Selasa lalu atas tuduhan meretas laman dewan setempat serta menampilkan gambar topeng Guy Fawkes, simbol internasional Anonymous.

Raj didakwa meretas laman dewan kota Ang Mo Kio, distrik dengan salah satu anggota parlemennya adalah PM Lee, pada 28 Oktober dan menampilkan gambar itu.

Aksi peretasan tersebut terjadi tiga hari sebelum seseorang yang mengklaim sebagai juru bicara Anonymous dalam sebuah video meminta Singapura untuk mencabut undang-undang yang mewajibkan laman baru mendapatkan lisensi tahunan.

Aturan perizinan baru untuk internet ini mulai berlaku pada Juni dan memantik kemarahan para blogger serta pegiat yang mengatakan bahwa aturan itu dibuat untuk memberangus kebebasan berekspresi.

Singapura memiliki aturan ketat untuk media tradisional, namun pemerintah berkeras bahwa aturan perizinan baru itu tidak akan melanggar kebebasan internet.

Dalam satu dokumen dakwaan dikatakan bahwa Raj menyebut dirinya sebagai "The Messiah" dan meretas laman tersebut dari apartemennya di Kuala Lumpur.

Nama panggilan serupa juga digunakan oleh seseorang yang meretas blog seorang wartawan di laman harian pro pemerintah Straits Times pada 1 November.

Raj juga dituduh menampilkan pesan di laman kota yang mengatakan bahwa salah seorang anggota parlemen mengajukan pengunduran diri.

Ia diancam hukuman denda maksimum 10 ribu dolar Singapura (8.000 dolar AS) atau penjara hingga tiga tahun, atau keduanya.

Hakim distrik Kessler Soh memerintahkan Raj, yang mengaku kepada penyelidik bahwa ia menderita kelainan hiperaktifitas, untuk mendapat pemeriksaan psikiatris meski pengacaranya M Ravi memprotes keputusan tersebut.

Polisi mengatakan Raj juga dikaitkan dengan serangkaian aksi peretasan lain, termasuk pada laman kelompok amal yang memiliki kaitan dengan partai berkuasa Partai Aksi Rakyat.

Raj dan para peretas yang dituduh mengobok-obok laman presiden dan perdana menteri tidak memiliki kaitan.

Dalam pernyataan terpisah pada Selasa petang, polisi mengatakan mereka juga memeriksa 15 warga Singapura atas dugaan keterlibatan pada edisi lokal protes "jutaan topeng" oleh Anonymous pada 5 November untuk memperingati Hari Guy Fawkes.

Para tersangka yang berusia antara 16 hingga 27 tahun itu berkumpul di dua lokasi berbeda mengenakan pakaian merah dan hitam, beberapa di antaranya mengenakan topeng Guy Fawkes. Karena tanpa izin, aksi itu dinyatakan ilegal, kata polisi.

Aksi serupa juga dilakukan di Inggris, Jepang, Australia, dan Selandia Baru dalam peringatan gagalnya 1605 "Gunpowder Plot".

Di Singapura, koordinator protes ilegal diancam hukuman penjara maksimal enam tahun atau denda 10 ribu dolar Singapura atau keduanya.

Sementara peserta demo bisa dikenai denda hingga 5 ribu dolar Singapura.

Perdana Menteri Lee pekan lalu memperingatkan bahwa pemerintahnya akan melakukan upaya apapun untuk memburu anggota Anonymous yang mengancam akan melancarkan "perang dunia maya" terkait aturan perizinan internet yang baru, demikian AFP.
(S022/M016) 

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013