Jakarta (ANTARA News) - Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) yang dideklarasikan oleh mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum sebenarnya tak ada apa-apanya.

Hal itu dikatakan oleh anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Ahmad Mubarok di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Kamis.

"Sebenarnya PPI tak perlu disikapi secara serius, termasuk oleh Ketua Umum PD, Susilo Bambang Yudhoyono. PPI itu ibarat musik pinggir jalan, sesekali enak didengar, merdu. Tapi kalau disikapi serius, bisa jadi gede. PPI gak ada apa-apanya," kata Mubarok.

Bahkan, kata Mubarok, dari sisi politik, PPI tak ada artinya. "Apa yang mengkuatirkan dari PPI? Kalau politik gak ada apa-apanya, cuma di rumah, Anasnya gak punya duit," kata Mubarok.

Ia juga menyayangkan SBY yang terlalu reaktif menyikapi PPI. Tapi dirinya memaklumi sikap SBY itu. Biasanya, kata Mubarok, SBY adalah orang telaten, runut, dan tidak membuat SMS seperti yang beredar.

"Kita maklumi SBY yang reaktif. Yang buat SBY marah adalah yang melaporkan, yang memberikan masukan. Kasihan Pak SBY karena pembisik-pembisik. Pak SBY itu detail, runut. Tapi ketika ada laporan masuk dan saat bersamaan SBY sibuk dengan tugas negara, maka akan terjadi hal reaktif, saya yakin, SMS itu tidak benar, mungkin ada orang yang bisa buat SMS mirip dengan SBY. Saya gak yakin SBY yang buat," ungkap Mubarok.

Oleh karena itu, apa yang sudah terjadi akan menjadi pembelajaran penting bagi SBY. "SBY harus jadikan pembelajaran. Bisa disengaja atau tidak oleh pembisik-pembisik. Pembisik itu tak paham dengan apa yang dilaporkan. Apa perlu hal itu dilaporkan. Seharusnya menteri itu bumper dari presiden. Kalau ada masalah, presiden tak perlu harus ngomong. Ini malah presiden yang ngomong," pungkasnya.

Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013