Kolombo (ANTARA News) - Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Urusan Anak-Anak (UNICEF) memberikan bantahan bahwa tidak ada bukti untuk mendukung klaim militer Sri Langka mengenai lusinan anak-anak yang terbunuh dalam suatu serangan udara adalah kader-kader pemberontak Macan Tamil. Sebuah tim dari UNICEF pada Selasa waktu setempat telah mengunjungi lokasi kejadian di distrik sebelah utara Mullaitivu, yang dikuasai oleh pemberontak Macan Tamil, dan mereka dikejutkan kenyataan tingkat pembunuhan di sana, kata perwakilan UNICEF di Sri Langka, Joanna van Gerten. "Mereka adalah anak-anak dari sekolah sekitar yang dibawa untuk mengikuti pelatihan pertolongan pertama selama dua hari, yang masih tidak diketahui siapa pembawanya," katanya kepada AFP. Ia menimpali, "Kami belum bisa sampai kepada siapa yang mengatur pelatihan ini." Meskipun UNICEF memiliki bukti dokumen yang membuktikan bahwa kelompok Macan Tamil (Liberation Tigers of Tamil Eelam/LTTE) merekrut anak-anak, tidak ada bukti bahwa anak-anak yang terbunuh dan terluka hari Senin lalu adalah bagian dari mereka. "Sampai saat ini, kami belum memiliki bukti bahwa mereka adalah kader-kader Macan Tamil," katanya. Gerilyawan Macan Tamil mengatakan, 61 anak sekolah terbunuh dan 150 lainnya terluka ketika jet angkatan udara Sri Langka menghantam "Senchcholai," sebuah panti asuhan yang dijalankan oleh LTTE di Mullaitivu. Pemerintah Sri Langka menyangkal telah memebom panti asuhan, dan mengajukan alasan bahwa target mereka sebenarnya adalah pusat pelatihan LTTE, serta korban yang terbunuh itu kemungkinan tentara anak-anak yang direkrut oleh pemberontak. Van Gerten mengatakan bahwa tim UNICEF yang telah mengunjungi rumah sakit, dan menemukan lebih dari 100 anak-anak, kebanyakan dari mereka adalah anak perempuan berusia 16 hingga 19 tahun, yang menderita akibat beberapa luka. Namun, ia tidak memiliki jumlah yang pasti berapa yang tewas maupun luka-luka. "Kami mengunjungi tempat kejadian dan melihat beberapa potongan tubuh berserakan, namun kami tidak tahu apakah potongan itu berasal dari tubuh anak-anak. Kebanyakan anak-anak yang kami lihat mengalami luka di kepala dan luka akibat pecahan bom," kata Van Gerten. Ia mengimbuhi, "Ini adalah insiden yang mengerikan yang dapat mempengaruhi anak-anak. Dengan meningkatnya kekerasan di sini, kami juga melihat bahwa anak-anak berungkali terjebak di tengah-tengah. Ada serangkaian kejadian dan terus meningkat, insiden yang melibatkan anak-anak juga meningkat." Selain itu, ia menegaskan, kedua pihak harus berhati-hati, agar tidak melukai penduduk sipil, terutama anak-anak yang tidak berdosa, yang sangat rawan terhadap serangan di saat perang. Ketakutan bahwa pemberontak akan melancarkan serangan balasan memaksa pemerintah negeri itu mengumumkan penutupan semua sekolah mulai hari Selasa sampai waktu yang tidak ditentukan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006