Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan pihaknya memfokuskan pemetaan sesar di Jawa karena pulau itu memiliki jumlah penduduk paling padat ketimbang pulau-pulau lain di Indonesia.
"Fokus (ekspedisi) ke Pulau Jawa karena Pulau Jawa paling padat penduduknya, sehingga secara populasi sangat rentan terhadap bencana-bencana geologi," kata Handoko di Jakarta, Selasa.
Selain memetakan sesar, armada kapal riset BRIN juga melakukan ekspedisi pemetaan palung, gunung, dan bukit di bawah laut.
Handoko mengungkap bahwa bencana gelombang tsunami yang pernah terjadi di Banten pada 22 Desember 2018 lalu akibat longsoran bawah laut menjadi sebuah pembelajaran berharga tentang kebencanaan geologi.
Baca juga: BRIN manfaatkan pengetahuan lokal untuk kurangi risiko bencana
Baca juga: BRIN sebut krisis pangan kian nyata
Baca juga: BRIN manfaatkan pengetahuan lokal untuk kurangi risiko bencana
Baca juga: BRIN sebut krisis pangan kian nyata
Sebelumnya, orang-orang hanya mengenal tsunami akibat gempa bumi terutama pergeseran lempengan tektonik. Fenomena tsunami di pesisir Banten yang tercipta akibat longsoran ternyata juga bisa menimbulkan tsunami.
Peristiwa itu lantas mengubah konstelasi banyak pihak, terutama kalangan ilmuwan untuk memetakan sumber-sumber bencana khususnya tsunami tidak hanya dari sesar tetapi juga memetakan tebing-tebing di bawah laut.
"Itu pertama kali di dunia tsunami disebabkan bukan oleh gempa tektonik, khususnya pergeseran sesar," kata Handoko.
"Kalau di negara kita yang kepulauan ini tidak cukup hanya memetakan sesar atau patahan-patahan dan seterusnya, tetapi juga memetakan potensi-potensi longsoran dari tebing-tebing di bawah laut," pungkasnya.
Baca juga: BRIN: Puting beliung di Bandung bukan akibat perubahan iklim
Baca juga: BRIN sebut puting beliung di Bandung kejadian langka
Baca juga: BRIN: Puting beliung di Bandung bukan akibat perubahan iklim
Baca juga: BRIN sebut puting beliung di Bandung kejadian langka
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024