Jakarta (ANTARA News) - Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) akan mengirimkan lima dokter spesialis ke Beirut, Lebanon pada Senin, 14 Agustus 2006 untuk membantu rakyat sipil korban serangan udara Israel. "Kami akan menggerakkan segenap kemampuan untuk membantu meringankan beban penderitaan bangsa Lebanon dan Palestina. Hal ini tentu akan berjalan baik dan maksimal atas doa dan dukungan rakyat Indonesia," kata Ketua Umum BSMI, Dokter Basuki Supartono di Jakarta, Rabu. Tim medis yang akan dikirim terdisi dari lima dokter spesialis yaitu spesialis bedah tulang (Dokter Basuki Supartono), spesialis penyakit dalam (Dokter Agoes Kooshartoro), spesialis anastesi (Dokter Arif Basuki), spesialis bedah syaraf (Dokter Eko Agus Subagyo) dan spesialis kejiwaan (Dokter Fuady Yatim). BSMI, lanjutnya, telah memilih dokter-dokter yang profesional di bidangnya dan memiliki pengalaman di wilayah bencana dan peperangan antara lain perang Irak, bencana tsunami Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), konflik Papua, gempa bumi di Yogya dan Jawa Tengah, serta gempa bumi dan tsunami Pangandaran. Tim medis BSMI, kata dia, akan memasuki Beirut, Lebanon melalui jalur Suriah karena bandara internasional Beirut telah ditutup. "Kita tidak dapat masuk langsung ke Beirut karena Bandara Internasional Beirut ditutup akibat rusak berat akibat gempuran Israel," katanya. Setibanya di Lebanon, kata dia, tim media tersebut diharapkan akan mengetahui secara lebih detil mengenai tempat dan lokasi yang sangat membutuhkan pertolongan setelah berkoordinasi dan berinteraksi langsung dengan seluruh pihak terkait di lapangan sehingga bantuan dapat diberikan dengan berkelanjutan dan tepat sasaran. "Kami menyerukan kepada senegap bangsa Indonesia dan dunia internasional untuk menggerakkan segala potensi untuk membantu meringankan beban penderitaan rakyat Lebanon dan Palestina," katanya. Saat ditanya lebih lanjut mengenai alasan BSMI mengirimkan tim medis ke Lebanon, Basuki mengatakan bahwa konflik yang terjadi lebih dari tiga minggu tersebut telah menewaskan lebih dari 900 jiwa dan mencederai sekitar 3.000 warga. Orang yang menjadi korban pun tidak hanya berasal dari militer namun mayoritas dari kalangan sipil dan anak-anak di bawah usia 12 tahun, katanya.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006