Jakarta (ANTARA News) - Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menyatakan total pendapatan industri asuransi jiwa pada kuartal kedua 2013 sebesar Rp71,83 triliun, tumbuh 22,85 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Rp58,46 triliun.

Dari total pendapatan tersebut, pendapatan premi masih menjadi pendorong utama pertumbuhan dengan kontribusi sebesar Rp57,59 triliun, mewakili 80,17 persen dari total pendapatan. Total pendapatan premi ini sendiri tercatat naik 14,48 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Sementara itu, terjadi peningkatan signifikan pada investasi industri asuransi jiwa nasional mencapai Rp245,17 triliun, atau tumbuh 17,74 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Adapun imbal hasil investasi (yield) perusahaan asuransi jiwa juga tumbuh secara signifikan mencapai Rp12,23 triliun, meningkat 78,37 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp6,85 triliun.

"Hal ini terjadi di tengah bayang-bayang gejolak ekonomi global, namun kinerja positif pasar modal Indonesia masih bisa dipertahankan sehingga menjadi salah satu pilihan investasi utama dari para investor lokal, regional dan global," kata Ketua Umum AAJI Hendrisman Rahim dalam siaran pers yang diterima Antara di Jakarta, Jumat.

Alhasil, pertumbuhan ini mendorong peningkatan signifikan atas jumlah aset industri menjadi Rp281,20 triliun, tumbuh 37,65 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada periode yang sama yang mencatat aset sebesar Rp204,28 triliun.

"Total aset yang tumbuh signifikan mencapai 37,65 persen, menunjukkan kekuatan Asuransi Jiwa dalam membayarkan kewajiban kepada nasabahnya. Pertumbuhan aset ini juga menunjukkan bahwa tingkat atau rasio solvabilitas asuransi jiwa cukup baik," ujar Hendrisman.

Hendrisman juga mengungkapkan, jumlah premi produksi baru di kuartal kedua tahun 2013 tumbuh 7,10 persen menjadi Rp37,4 triliun, menunjukkan semakin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya memiliki asuransi jiwa.

Dalam catatan AAJI, dari total premi produksi baru sebesar Rp37,4triliun, premi unit link kembali mengambil alih porsi yang lebih besar dibandingkan premi tradisional,yakni masing-masing bernilai Rp19,28 triliun (51,55 persen) dan Rp18,12 triliun (48,45 persen). Demikian juga pada premi lanjutan yang tumbuh 31,25 persen menjadi Rp20,18 triliun pada kuartal kedua 2013, premi unit link kembali mendominasi dengan porsi Rp13,17 triliun (65,25 persen), sedangkan premi tradisional Rp7,01 triliun (34,75 persen).

Hendrisman menambahkan, dominasi unit link dibandingkan asuransi tradisional didukung oleh adanya kesadaran dari para pemegang polis bahwa produk ini, sebagaimana produk asuransi jiwa umumnya, merupakan produk jangka panjang. Hal ini juga merupakan gambaran bahwa kebutuhan akan produk unit link masih relatif besar dikarenakan memiliki manfaat proteksi sekaligus investasi.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013