Joko Widodo dan Basuki Tjahja Purnama telah menjadi alternatif untuk kejenuhan masyarakat atas keseragaman pemimpin yang tak acuh di Indonesia"
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Dewan Pengurus Kontras Usman Hamid menganggap duet pemimpin DKI Jakarta Joko Widodo dan Basuki Tjahja Purnama telah menjadi anomali atau alternatif untuk kejenuhan masyarakat atas keseragaman pemimpin yang tak acuh di Indonesia.

"Ketika masyarakat sudah bosan dengan tipe para pemimpin di Indonesia, mereka muncul bagai anomali sosial," kata Usman Hamid di Jakarta, Rabu.

Karakter kedua pemimpin tersebut, kata Usman, saling melengkapi, dengan Jokowi yang lembut namun konsisten, sedangkan Ahok yang selalu tegas terhadap peraturan.

Sikap kedua pemimpin telah membawa kewibawaan mereka berdua dan akhirnya dipercaya publik, kata Usman.

Menurut pengamat politik Yunarto Wijaya, dalam sebuah diskusi, sikap Jokowi yang mengandalkan pendekatan personal telah memikat hati warga ibu kota, bahkan lapisan masyarakat di berbagai daerah di Indonesia.

Yunarto menilai, pendekatan personal adalah cara terampuh untuk mengetahui dan diketahui masyarakat, bukan iklan kampanye yang berlebihan tanpa substansi politik yang jelas.

"Blusukannya Jokwi adalah pendekatan personal kontak yang telah terbukti membangkitkan perhatian warga kepada dirinya," kata dia.

Sementara itu, kepada Antara, Wali Kota Bogor terpilih Bima Arya Sugiarto menilai pendekatan personal adalah langkah yang harus dipelajari dan dimaknai oleh para pemimpin untuk mengetahui keinginan warganya.

Bima menilai iklan kampanye hanya bagian kecil sosialisasi politik, namun pendekatan dari hati ke kati antara pemimpin dan masyarakat harus menjadi tren politik, demia mengetahui kebutuhan masyarakat dan menjadi pemimpin yang mensejahterakan rakyatnya.

"Saya akan ragu jika ada calon pemimpin yang bisa menjadi pemimpin yang baik tanpa ada personal touch," ujar Bima.

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013