Kalau sekadar mobil murah saya tidak setuju. Indonesia hanya akan terus menjadi pasar (produsen mobil asing, red) saja. Kalau mobil nasional murah, saya setuju,"
Semarang (ANTARA News) - Mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Rizal Ramli sepakat dengan kebijakan mobil murah ramah lingkungan asal berbasis mobil nasional atau buatan dalam negeri.

"Kalau sekadar mobil murah saya tidak setuju. Indonesia hanya akan terus menjadi pasar (produsen mobil asing, red) saja. Kalau mobil nasional murah, saya setuju," katanya di Semarang, Sabtu.

Hal tersebut diungkapkan menteri pada era Presiden Abdurrahman Wahid itu usai memberikan kuliah umum berjudul "Membangun Perekonomian di Era Asia" di Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang.

Dengan kebijakan mobil nasional murah, kata dia, maka sebagian besar komponennya harus dibuat di Indonesia sehingga konsekuensinya pemasok komponen mobil dari luar negeri harus direlokasi ke Indonesia.

"Dengan dibuatnya komponen di Indonesia, `cost` yang dibutuhkan semakin murah. Kan lebih murah `cost` diproduksi di Indonesia dibanding di Jepang. Itu akan membuka banyak lapangan pekerjaan," katanya.

Namun, kata dia, kalau hanya mobil murah dengan komponen yang digunakan masih banyak disokong oleh produsen asing sama saja. Bahkan, akan mengakibatkan defisit transaksi berjalan yang sangat besar.

"Ini kan bisa dipahami bahwa selama ini kalangan menengah atas sudah punya mobil. Bagaimana ini bisa tembus ke kalangan menengah ke bawah? maka pemerintah `kasih` insentif keringanan pajak," katanya.

Ia menyayangkan kebijakan tersebut kurang mendalam sehingga hanya sampai sekadar mobil murah yang pada akhirnya sama saja membuka pasar secara besar bagi produsen mobil asing untuk berjualan di Indonesia.

Berkaitan dengan konsep ramah lingkungan, ekonom senior itu mengingatkan untuk berhati-hati, misalnya hanya dengan mengurangi kapasitas mesinnya, sementara teknologi yang digunakan tidak berubah.

"Dari 1.500 cc misalnya, diturunkan jadi 750 cc. Karbon emisinya dikurangi agar dianggap `green` (ramah lingkungan, red.). Padahal, teknologinya masih sama. Pintar-pintarnya industri otomotifnya saja," katanya.

Menurut dia kehadiran mobil nasional murah saat ini sebenarnya juga akan membuat rakyat Indonesia bangga karena setelah berpuluh tahun akhirnya bisa memproduksi mobil dalam negeri dengan harga murah.

Malaysia, kata dia, mengembangkan mobil nasionalnya sejak 10--15 tahun lalu ketika pasar mobil di dalam negerinya mencapai 100 ribu unit, sementara Korea sejak 20 tahun lalu saat pasar dalam negerinya 100 ribu unit juga.

"Indonesia sekarang ini, pasar mobil di dalam negerinya sudah mencapai 600 ribu unit," kata Rizal. (*)

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013