Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Muhammad Lutfi, menjanjikan kebijakan rabat investasi yang disebutnya lebih kompetitif ketimbang kebijakan penghapusan pajak (tax holiday). "Kita memang tengah mempersiapkan kebijakan agar iklim investasi lebih kompetitif," katanya usai penandatanganan dengan Oxford Business Group untuk meluncurkan laporan investasi baru Indonesia. Kebijakan memberikan rabat tersebut, kata Lutfi, dijamin lebih kompetitif ketimbang menerapkan tax holiday yang akan diterapkan pada pencapaian investasi tahun 2006 untuk kemudian dipakai sebagai acuan (benchmarking) kebijakan tahun 2007. Mungkin saja insentif yang diberikan itu dalam hal pemanfaatan teknologi sehingga memberikan pengaruh terhadap produk hasilnya akan dapat dilihat apabila pencapaian investasi 2006 lebih tinggi dibanding 2005. Menurutnya, saat ini masih ada persoalan di daerah yang apabila dibenahi sebenarnya akan menjadi insentif yang menarik sehingga tidak semata-mata persoalan pajak. Seperti Kawasan Ekonomi Khusus Indonesia (KEKI) Batam, Bintan, Karimun persoalan menarik investasi bukan semata-mata persoalan pajak melainkan ada hal lain misalnya penyediaan listrik. Persoalan listrik juga menjadi kendala investasi seperti di Purwakarta Jawa Barat seperti dikeluhkan asosiasi karena untuk membangun pembangkit (power plant) harus izin kepada Pemda setempat padahal sebelumnya cukup Dirjen Listrik. "Kita saat ini menerima masukan-masukan untuk memperbaiki iklim investasi. Jangan sampai soal perizinan itu menghambat bagi suatu daerah dalam memberi nilai tambah terhadap produknya," kata Lutfi. Lutfi mengatakan, perbaikan terhadap iklim investasi akan melihat pokok persoalannya yang ada saat ini disamping listrik juga tenaga kerja/ buruh juga soal perizinan. "Jadi nanti kita akan siapkan serangkaian kebijakan apabila dirasakan masih kurang maka akan kita tambah sampai mendapat hasil yang lebih baik," tegasnya. Menurutnya, sampai saat ini Indonesia masih menjadi tujuan yang menarik bagi investor. Ini dapat dilihat dari nilai investasi tahun 2005 sebesar 8,91 miliar dolar AS mewakili 909 proyek. Sedangkan tahun 2006 tercatat 487 proyek dengan nilai 5,96 miliar dolar AS. Kerjasama denga Oxford Business Group (OBG) dilaksanakan sejak Mei 2006 untuk penerbitan Emerging Indonesia 2007 dengan tebal 250 halaman meliput skenario politik dan ekonomi Indonesia. BKPM akan melanjutkan kerjasama dengan berbagai organisasi untuk membentuk kemitraan yang saling menguntungkan dalam mempromosikan investasi di berbagai sektor. Sedangkan menurut Manager Editor OBG, Max Boon, terbitan tersebut menganalisa politik dan trend makro ekonomi melalui berbagai kebijakan sebagai kunci di berbagai sektor seperti perbankan, pasar modal, asuransi, energi, transportasi, energi, transportasi, industri, realestat, telekomunikasi dan IT. Studi ini juga mencakup evaluasi dalam kerangka hukum dan akuntansi yang dilakukan kerjasama dari Ernst&Young dan SSEKB Legal Consultant.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006