Jakarta (ANTARA) - Indonesia mendapatkan pengakuan Sekretariat Jenderal Persatuan Bangsa-Bangsa atau United Nation Secretary-General (UNSG) sebagai episentrum dalam pengembangan teknologi kecerdasan artifisial atau Artificial Intelligence (AI) di kawasan ASEAN.

Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria menyebutkan pernyataan itu usai bertemu dengan Wakil Sekretaris Jenderal dan Utusan Teknologi UNSG Amandeep Singh Gill.

“Indonesia dipandang cukup penting oleh PBB bahwa dengan 280 juta jiwa, terbilang advance dalam soal pengembangan teknologi AI di kawasan. Potensinya cukup besar juga sebagai episentrum emerging technology yang ada di kawasan ASEAN,” kata Wamen Nezar Patria dalam keterangan resminya, Rabu.

Baca juga: Indonesia dan Lituania bahas peluang kerja sama sektor AI

Pertemuan Nezar dengan Amandeep berlangsung di Brdo Congress Centre, Slovenia, Selasa (6/2) waktu setempat dalam rangkaian Forum Etika AI Global yang dihelat oleh UNESCO.

Lebih lanjut, Nezar mengatakan pengakuan dunia terhadap Indonesia khususnya di bidang teknologi memberikan rasa bangga.

Pengakuan itu menurutnya diberikan karena konsistensi Indonesia dalam menyuarakan kesenjangan digital di kawasan ASEAN dan global.

“Kita mengusulkan untuk mengatasi digital divide dengan konsolidasi. Kita menyarankan untuk Global South-South Conference on AI Governance agar suara Asia, Afrika, serta Amerika Latin bisa terwadahi dengan lebih komprehensif. Karena itu, duta khusus untuk teknologi dari PBB memandang Indonesia cukup strategis dan menginginkan ada partisipasi yang lebih aktif,” jelasnya.

Baca juga: Wamenkominfo dan Menteri Digitalisasi Belanda bahas tata kelola Gen AI

Wamen Nezar Patria menegaskan keterlibatan Indonesia dalam Forum Global UNESCO tentang Etika AI di Slovenia menjadi momentum yang tepat.

Karena forum ini memberikan kesempatan untuk Indonesia mendukung pengembangan kecerdasan buatan dapat setara antara negara maju dan negara berkembang memenuhi visi tak ada yang tertinggal.

Ia juga menekankan Indonesia memandang perlu adanya kesamaan pandangan dalam mengatasi kesenjangan digital atau digital divide dalam Tata Kelola AI Global.

“Sehingga untuk memenuhi aspek inklusivitas ini, kita juga menginginkan adanya dialog Global South-South dan Indonesia siap untuk memfasilitasi jika memang disetujui oleh UN,” tutup Nezar.

Baca juga: Indonesia dan Amerika Serikat jajaki kerja sama pengembangan AI

Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2024