Buenos Aires, Ciudad Autonoma de Buenos Aires (ANTARA News) - Sabtu waktu Argentina atau Minggu pagi WIB ini, Tokyo memenangi hak menjadi tuan rumah Olimpiade untuk keduakalinya, sekaligus memupus kekhawatiran pengaruh radiasi PLTN bocor Fukushima di tanahnya guna menuanrumahi Olimpiade 2020.

Para anggota Komite Olimpiade Internasional (IOC) yang bertemu di Buenos Aires memilih ibukota Jepang itu yang sebelumnya pernah menjadi tuan rumah Olimpiade 1964, mengalahkan Istanbul, setelah Madrid secara dramatis tersisih menyusul kalah tipis dari kota Turki itu di putaran pertama.

Warga kota Tokyo larut dalam kegembiraan, kendati kemenangan diumumkan saat waktu di Jepang masih dini hari.

Sebelumnya Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe terbang ke Argentina dari KKT G20 di St Petersburg, Rusia, untuk menjamin kekhawatiran para anggota IOC mengenai keamanan PLTN Fukusihima yang jaraknya 220 km dari Tokyo dan ketakutan pada dampak menyebarnya air yang terkontaminasi radiasi nuklir.

Dia berkata pada panel IOC bahwa situasi tersebut telah dikendalikan, seraya menambahkan "Persoalan itu tidak pernah atau tidak akan merusak Tokyo."

Operator PLTN Fukushima, Tokyo Electric Power Co, juga memainkan penting dalam menangkis ketakutan akan kemungkinan menyebarnya radiasi.

Prihatin dengan Fukushima yang rusak parah akibat gempa dan tsunami tahun 2011 yang telah menewaskan lebih dari 18.000 orang, sempat menghalang-halangi upaya Tokyo namun Abe sukses menenangkan kekhawatiran anggota-anggota IOC.

Hasil final menunjukkan 60 suara mendukung Tokyo sedangkan 36 untuk Istanbul, kata IOC.

Tokyo --berada pada urutan ketiga untuk Olimpiade 2016 yang dimenangi Rio de Janeiro -- menjadi kota paling potensial karena menjanjikan keamanan dan sehat keuangan.

Ini adalah penuanrumahan keempat kota-kota Jepang dalam Olimpiade, yang juga menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin Nagano (1998) dan Sapporo (1972).

Asia mencetak sukses berturut menjadi tuan rumah Olimpiade setelah kota Korea Selatan Pyeongchang menjadi tuan rumah Olimpian Musim Dingin 2018.

Madrid sempat mencetak momentum besar untuk masuk babak akhir setelah presentasi meyakinkan di Lausanne, Swiss, Juli lalu. Mereka sempat berharap mengikuti jejak Rio de Janeiro yang menjadi tuan rumah Olimpiade 2016.

Namun itu tidak cukup, kendati telah membangun 28 dari total 35 venue, serta semua infrastruktur telah dinilai positif oleh Komisi Evaluasi IOC, karena masalah rendahnya anggaran kota ini.

Keraguan akan kondisi ekonomi Spanyol yang lagi didera krisis berlanjut sampai putaran terakhir, kendati Perdana Menteri Mariano Rajoy menjamin pembiayaan Olimpiade tidak akan terganggu oleh krisis ekonomi itu.

Sedangkan Istanbul sempat berharap Turki akan menjadi negara muslim pertama yang menuanarumahi Olimpiade.

Kendati berkampanye luar biasa dengan slogan Wake Up in Asia Compete in Europe, mengalami petaka Juni lalu setelah pemerintah Ankara menangani keras demonstrasi yang terjadi di sebuah taman di Istanbul, selain juga kekhawatiran dampak krisis Suriah yang berbatasan dengan Turki.

PM Abe dalam presentasinya mengatakan bahwa Olimpiade adalah bagian dari DNA-nya karena sewaktu muda pernah terlibat dalam Olimpiade.

"Saat itu saya ikut dalam seremoni pembukaan Olimpiade di Tokyo pada 1964 dan menyaksikan ribuan merpati dilepas ke langit biru untuk membentuk lingkaran Olimpiade," kata dia. "Itu sungguh menakjubkan saya yang saat itu berusia 10 tahun."

Dia juga menceritakan pengalamannya bertemu seorang bocah korban radiasi nuklir Fukushima.  "Saya bertemu dengan seorang bocah laki-laki di wilayah yang terkena bencana (nuklir), dia memegang sebuah bola hancur yang didapatkannya dari seorang pesepakbola asing yang mengunjungi wilayahnya," kata Abe.

"Bola itu bukan sekadar bola sepak baginya, itu melambangkan harapannya untuk masa depan. Hari ini di bawah langit biru  di atas Fukushima ada anak-anak muda yang bermain sepak bola dan menatap masa depan, bukan masa silam," sambung Abe seperti dikutip AFP.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013