Kairo (ANTARA News) - Membaranya perang antara Israel dengan pejuang Hizbullah menimbulkan kesulitan evakuasi jenazah Siti Maemunah, warga negara Indonesia (WNI) korban rudal tentara Yahudi di Lebanon Selatan. Berikut kronologi proses evakuasi jenazah wanita berusia 24 tahun itu, diperoleh ANTARA di Kairo, Rabu ( 2/8) dari berbagai sumber mulai dari daerah bahaya perang di Lebanon Selatan hingga diterbangkan ke Jakarta dari Damaskus, Suriah. Tanggal 14 Juli 2006, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Beirut memperoleh informasi dari Kedutaan Besar (Kedubes) Kuwait di Beirut bahwa terdapat seorang WNI meninggal bersama satu keluarga asal Kuwait akibat serangan udara Israel di Lebanon Selatan pada 13 Juli, hari kedua agresi militer Yahudi. Pada hari yang sama, KBRI Beirut memperoleh konfirmasi dari KBRI Kuwait di Kuwait City yang membenarkan laporan adanya kematian WNI bernama Siti Maemunah Binti Muchtar Bisri. KBRI Beirut kemudian melakukan kontak-kontak intensif dengan berbagai pihak terkait, seperti Deplu, markas besar militer Lebanon, Palang Merah, dan Kementerian Kesehatan Lebanon, untuk mencari tahu keberadaan jenazah Siti Maemunah. Hari Sabtu, 22 Juli, pencarian jenazah WNI itu mulai mendapat titik terang, di mana Rumah Sakit Tyre, sekitar 90 km selatan Beirut, mengabarkan kepada KBRI Beirut bahwa terdapat dua jenazah wanita berwajah Asia tanpa identitas, di antara ratusan jenazah warga setempat korban rudal Israel, yang disimpan di ruang pengawetan mayat. Untuk memastikan jenazah itu adalah Siti Maemunah, KBRI Beirut kemudian mengirim alat-alat identifikasi seperti sidik jari, jenis rambut, dan nomor paspor milik almarhumah. Rumah Sakit Tyre sempat kesulitan mengidentifikasi jenazah Maemunah, karena sekujur tubuh korban, terutama jari-jari tangan dan bagian badan dari perut ke bawah, hancur akibat terkena serpihan bom. Paspor dan dan identitas lainnya serta barang-barang milik korban pun tidak tahu rimbanya entah di mana. Dari indentifikasi jenis rambut dan gigi, akhirnya jenazah itu dipastikan WNI bernama Siti Maemunah, sementara satu jenazah wanita berwajah Asia lainnya diketahui berasal dari Sri Lanka. Celakanya, meski telah dipastikan bahwa jenazah itu adalah WNI, KBRI masih kesulitan mengevakuasinya ke Beirut, pasalnya, Rumah Sakit Tyre itu dinyatakan sebagai wilayah bahaya perang, dan sepekan belakangan ini diblokade militer Israel. Hari Minggu, 30 Juli, Israel secara sepihak memaklumkan gencatan senjata sepihak selama 48 jam, menyusul kecaman keras dunia internasional akiat pembantaian tentara Yahudi di desa Qana, Lebanon Selatan, yang menewaskan lebih 60 orang, umumnya anak-anak. Kesempatan emas jeda perang Israel itu tidak disia-siakan KBRI Beirut untuk upaya evakuasi jenazah Maemunah dari Tyre. Jenazah pun berhasil dievakuasi atas jasa militer Lebanon. Bahkan pihak militer Lebanon membantu memfasilitasi dengan menyediakan mobil patroli untuk mengangkut jenazah. Tanggal 30 Juli petang, jenazah berhasil tiba di KBRI Beirut. Senin, 31 Juli, jenazah diserahterimakan dari KBRI Bairut kepada pihak KBRI Damaskus, Suriah, dan diangkut melalui jalan darat atas pengawalan ketat dari pihak keamanan setempat. Hari Rabu, 2 Agustus, jenazah diterbangkan dari Bandara Internasional Damaskus dengan maskapai penerbangan Ittihadiyah bernomor terbang EY-423. Tim terpadu Departemen Luar Negeri (Deplu) serta Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans) beranggotakan empat orang mendamping jenazah Siti Maemunah ke Jakarta. Kamis, 3 Agustus pukul 13.35 WIB jenazah Siti Maemunah dijadwalkan tiba di Bandara Soekarno-Hatta. Siti Maemunah yang berprofesi sebagai tenaga kerja wanita (TKW) itu lahir di Sukabumi, Jawa Barat, pada 1982. Tidak diketahui pasti kapan Siti Maemunah tiba di Lebanon. Diduga kuat, almarhumah mengikuti majikannya berwarga negara Kuwait, Abdullah Bin Massi bersama keluarganya, berlibur musim panas di negeri mungil pesisir Laut Mediterania itu. Evakuasi mayat Siti Maemunah ini dilakukan setelah rampungnya evakuasi warga Indonesia di Lebanon ke Suriah, teramasuk Dubes RI untuk Lebanon, Abdullah Syarwani, akibat keselamatan jiwa bereka terancam oleh rudal Israel. Di KBRI Beirut sendiri kini hanya tinggal empat staf yang dipimpin oleh Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI), Anindita Harimurti Axioma. Kronologi peroses evakuasi jenazah Siti Maemunah ini berdasarkan wawancara ANTARA Kairo dengan pihak-pihak terkait, seperti Duta Besar RI untuk Suriah, Sukarni Fikar, KUAI KBRI Beirut, Anindita Harimurti Axioma, Kepala Bidang Penerangan KBRI Damaskus, Pranowo, dan staf KBRI Beirut Muhammad Nawir Arsyad. (*)

Copyright © ANTARA 2006