Kehidupan kita adalah berbhineka tunggal ika. Sekarang ini kita tinggal mengisi di dalamnya. Bhineka Tunggal Ika yang dibangun sejak tahun 1928 berupa Sumpah Pemuda meliputi satu bangsa, satu bahasa dan satu tanah air,"
Jakarta (ANTARA News) - Puluhan mahasiswa dari berbagai fakultas di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Kamis, mendiskusikan Empat Pilar Kebangsaan bertajuk "4 Pilar Goes to Campus" bersama tiga nara sumber, yaitu Ketua MPR RI  Sidarto Danusubroto, Rektor UNJ Prof Dr Bedjo Sujanto, MPd dan Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNJ Qomaruddin.

Rektor UNJ Prof Bedjo Sujanto mengatakan, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)  sesuatu yang tidak boleh ditawar lagi dan tidak akan berubah.

"Kehidupan kita adalah berbhineka tunggal ika. Sekarang ini kita tinggal  mengisi di dalamnya. Bhineka Tunggal Ika yang dibangun sejak tahun 1928 berupa Sumpah Pemuda meliputi satu bangsa, satu bahasa dan satu tanah air," katanya.

Dia mengharapkan, agar tidak dipermasalahkan lagi soal suku, agama atau golongan lainnya yang memicu konflik. "Sebagai pemuda perlu berpikir luas. Mungkin ada teman kita yang lain agama, mungkin juga aliran kepercayaan. Tapi mereka tetap Bhineka Tunggal Ika. Mari duduk bersama," ujarnya.

Ketika menjawab pertanyaan tentang masih adanya konflik yang terkadang mencuat ke permukaan, Prof Bedjo mengatakan, mungkin hal itu karena adanya primordial yang membanggakan kesukuannya.

"Misalnya saya orang Jawa, apanya yang hebat? Semua suku dari Sabang sampai Merauke itu sama. Sama-sama bangsa Indonesia. Jadi jangan ada lagi dari suku mana, atau menyinggung masalah kaya dan miskin," katanya.

Sementara itu, Ketua MPR Sidarto Danusubroto mengatakan, dalam mengisi kemerdekaan, bangsa Indonesia memiliki konsepsi bersama menyangkut hal-hal fundamental bagi keberlangsungan, keutuhan, dan kejayaan bangsa.

Dia menilai bahwa kehidupan pemuda zaman sekarang sudah mulai meninggalkan sejarah. "Saya mengatakan sejarah yang telah hilang. Dulu para pemimpin kita, seperti Bung Karno dan Bung Hatta sekolah tinggi di Belanda dan juga di ITB. Tetapi mereka memilih Indonesia. Saya sebagai ajudan Bung Karno bahwa Bung Karno tidak punya apa-apa. Beliau mengorbankan waktu-waktu emasnya digunakan untuk perjuangan, memimpin Indonesia," katanya.

Dekan Fakultas Ilmu Sosial Qomaruddin mengatakan, Indonesia yang berdaulat ini belum menjadi negara yang unggul.

"Kalau Indonesia punya keunggulan, tentu  bisa mengungguli yang lain. Mengapa Amerika Serikat dapat memainkan peran luar biasa, karena mempunyai keunggulan. Andaikata kita memiliki keunggulan akan terjadi kemitraan dengan negara Amerika. Untuk menjadi unggul tentu dengan pendidikan," katanya.(*)

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013