Tokyo (ANTARA) - Pemerintah Jepang pada Kamis (11/1) menetapkan gempa bumi dahsyat yang mengguncang Prefektur Ishikawa di Jepang tengah dan sekitarnya sebagai "bencana dengan tingkat keparahan ekstrem" sehingga berencana meningkatkan subsidi untuk proses rekonstruksi di komunitas-komunitas yang terdampak, demikian media lokal melaporkan.

Menurut Kyodo News, pemerintahan Perdana Menteri (PM) Fumio Kishida berencana memberikan bantuan keuangan yang lebih besar kepada otoritas daerah guna mengimplementasikan langkah-langkah seperti rekonstruksi jalan dan lahan pertanian secara cepat pascagempa bermagnitudo 7,6 pada 1 Januari.

Hingga Kamis pukul 14.00 waktu setempat, angka kematian bertambah menjadi 213 orang di prefektur yang terdampak paling parah, sementara sebanyak 37 orang masih belum ditemukan, menurut otoritas setempat.
 
Foto yang diambil pada 8 Januari 2024 ini memperlihatkan perumahan warga yang rusak akibat gempa di kota Suzu, prefektur Ishikawa, Jepang. (Xinhua)   

Sementara itu, pemerintah Prefektur Ishikawa pada Kamis meluncurkan sebuah kelompok yang akan mengimplementasikan langkah-langkah untuk mencegah penyebaran penyakit menular di pusat-pusat evakuasi.

Menurut Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Sosial Jepang, hingga Selasa (9/1), sekitar 70 kasus penyakit pernapasan, seperti COVID-19 dan influenza, serta sekitar 40 kasus penyakit pencernaan, termasuk infeksi norovirus, telah dilaporkan.

Lebih dari 26.000 orang masih mengungsi setelah gempa Tahun Baru yang mencapai angka maksimum 7 pada skala intensitas seismik di negara itu, menurut laporan media.
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024