Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah meminta kalangan perbankan Indonesia agar berinvestasi dalam pengembangan bio energi, termasuk dalam proses penanaman jarak, singkong, dan tebu. "Perbankan akan membantu investasi penanaman jarak, singkong sekaligus dapat mengatasi lahan kritis, serta menghidupkan ekonomi rakyat untuk menanam singkong, tebu, dan jarak. Karena itu, perbankan diharapkan men-support upaya-upaya ini," kata Menteri Sekretaris Negara, Yusril Ihza Mahendra, di Jakarta, Senin. Dia menjawab pertanyaan sebelum diselenggarakannya pemaparan tentang energi alternatif di Gedung Utama Setneg, Komplek Istana Kepresidenan. Pemaparan dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan kalangan perbankan Indonesia. Menurut Yusril, digandengnya kalangan perbankan merupakan konsekuensi logis dari program pemerintah untuk mempercepat program pengganti gas dan batubara sebagai pembangkit tenaga listrik yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu tiga tahun ke depan. "Pembangunan proyek-proyek tenaga listrik untuk mengganti diesel sekarang harus diselesaikan, kalau tidak kita tidak bisa mendukung kebijakan industri karena biaya listrik kita sangat mahal," ucapnya. Dia mengingatkan bahwa saat ini 60 persen pembangkit listrik di Indonesia menggunakan mesin diesel yang berbahan bakar solar. "Mengingat harga minyak bumi begitu tinggi mengakibatkan negara terus menerus mengeluarkan subsidi untuk listrik. Dan itu akan membebani APBN," katanya. Empat komoditas untuk bahan bakar nabati yang dapat digunakan Indonesia adalah tebu, singkong, kelapa sawit, dan tanaman jarak. Tebu dan singkong dapat diproduksi menjadi ethanol, sedangkan kelapa sawit dan jarak dapat diproduksi menjadi biodiesel. Yusril mengatakan pada tahun 2008 Indonesia akan menjadi produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Indonesia akan bekerjasama dengan Malaysia untuk memproduksi bahan bakar minyak yang berasal dari kelapa sawit. "Dengan Pak Badawi (PM Malaysia Abdullah Ahmad Badawi) juga beberapa kali disinggung agar Indonesia dan Malaysia menguatkan harga minyak sawit sekaligus memproduksi minyak sawit menjadi BBM," ucapnya. Dengan demikian akan mengurangi ketergantungan kepada minyak bumi sekaligus dapat memperoleh pendapatan yang baru. Pemaparan tersebut juga diikuti oleh sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu, antara lain Menteri ESDM, Menteri Keuangan, Menteri PU, Menneg BUMN, Menko Kesra dan Menko Polhukam. (*)

Copyright © ANTARA 2006