Cirebon, (ANTARA News) - Penggunaan pupuk organik dari limbah pabrik gula selama tiga tahun terakhir telah memacu peningkatan produksi tebu dan tingkat rendemen gula sehingga pendapatan petani tebu per hektar bisa meningkat cukup signifikan, demikian hasil wawancara dengan sejumlah pengelola Pabrik Gula di Cirebon, Majalengka dan Subang. General Manager Pabrik Gula (PG) Tersana Baru Cirebon, Ir Alimin, Minggu (23/7) mengatakan, saat ini ada sekitar 1.000 hektar tebu di wilayah PG Tersana Baru yang menggunakan pupuk organik yang diolah dari limbah pabrik seperti blotong dan abu ketel sehingga mampu meningkatkan produksi tebu dan rendemen gula. "Penggunaan pupuk organik makin memperbaiki struktur tanah dan bisa meningkatkan produksi sampai di atas 830 kuintal per hektar dengan tingkat rendemen di atas 7,8 persen," katanya. Ia menjelaskan, ada dua jenis pupuk yang diproduksi yaitu pupuk kompos bekerjasama dengan CV Heptagro Inti Mandiri, dan Pupuk Mixes yang dibuat bekerjasama dengan CV Jaya Mekanotama Putrabuana. "Jika kompos memperbaiki struktur tanah maka pupuk mixed merupakan pupuk dasar untuk tanaman tebu," katanya. Hal senada diungkap GM PG Subang, Maman Suryaman yang mengungkapkan, pupuk organik dari bahan blotong dan abu ketel pabrik terbukti ikut memacu produksi tebu selama tiga tahun terakhir yang semula rata-rata hanya 631 kuintal per hektar kemudian bisa dipacu sampai di atas 738 kuintal per hektar. "Pupuk organik di sini diproduksi sendiri dan dicampur dengan tambahan pupuk anorganik seperti ZK Powder dan PSP Powder," katanya yang mengungkapkan ada 2.500 hektar areal tebu yang menggunakan pupuk tersebut. Sementara PG Jatitujuh di Majalengka juga telah mengembangkan sendiri pupuk organik dari bahan serupa namun ditambah azotobacter atau bakteri penambat N dan asam pantotenat sebagai perangsang pertumbuhan akar. Kepala Puslitagro Jatitujuh, Bari Marijan mengatakan, penggunaan pupuk yang diberi nama "Liprogreen" itu mampu memperbaiki PH tanah, meningkatkan kesuburan tanah, mempertahankan kestabilan tanah dan aerasi tanah. "Penggunaan untuk tebu merupakan pupuk tambahan dengan dosis 400 sampai 600 ton per hektar, dan mampu meningkatkan produksi tebu sampai 15 persen," katanya. Hampir semua pupuk produksi pabrik gula di bawah PT PG Rajawali II ini masih digunakan untuk keperluan sendiri dan itupun baru memenuhi sekitar 30 persen dari luas areal tebu keseluruhan sekitar 22.500 hektar. Menurut Kabid SDM dan Umum PT PG Rajawali II, Gunandi, produksi pupuk organik akan terus dipacu sehingga semua kebutuhan areal tebu bisa terpenuhi dengan harapan bisa mengurangi penggunaan pupuk kimia. "Masih ada satu lagi limbah yang bisa diproses menjadi pupuk daun yaitu limbah dari Pabrik Spirtus dan Alkohol Palimanan dengan produksi bisa mencapai 400.000 liter per bulan," katanya. Ia mengungkapkan, sejak tahun 2002, PT RNI Group tengah mengembangkan konsep industri berbasis tebu sehingga semua hasil sampingan pengolahan tebu bisa dijadikan industri tersediri yang menguntungkan seperti ampas tebu untuk kanvas rem di Jatiwangi, dan pengolahan pucuk tebu untuk makanan ternak di Jatitujuh.(*)

Copyright © ANTARA 2006