Jakarta (ANTARA) - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengingatkan industri untuk mewaspadai kondisi akhir tahun 2023 dan awal tahun 2024 yang masih dibayangi ketidakstabilan kondisi global.

Hal itu disampaikan Menperin menyusul kondisi kegiatan usaha yang pada November 2023 rebound, sebagaimana hasil Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang dirilis oleh Kementerian Perindustrian menunjukkan angka 52,43, meningkat 1,73 poin dibandingkan Oktober 2023 yang sebesar 50,70.

"Meskipun kondisi kegiatan usaha pada bulan November 2023 lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya, industri tetap perlu mewaspadai kondisi pada akhir tahun dan awal tahun ke depan yang masih dibayangi ketidakstabilan kondisi global," katanya di Jakarta, Kamis.

Menperin menyebutkan beberapa faktor eksternal, seperti kemungkinan resesi Jerman sebagai penyangga ekonomi Uni Eropa serta Inggris perlu diwaspadai.

Di sisi lain, China yang saat ini diperkirakan akan tumbuh positif tetap dibayangi krisis properti. Demikian pula dengan Amerika Serikat yang meskipun inflasinya telah melandai, tetapi peningkatan angka pengangguran juga membayangi kondisi ekonomi ke depan.

Kemenperin merilis Indeks Kepercayaan Industri (IKI) November 2023 sebesar 52,43. Peningkatan nilai IKI pada periode ini didukung oleh tiga hal utama, yaitu peningkatan produksi dan permintaan, penguatan nilai tukar rupiah, serta faktor musiman untuk persiapan akhir tahun (Natal dan Tahun Baru/Nataru).

Pada IKI November ini, peningkatan terbesar dialami oleh industri mesin dan perlengkapan ytdl yang sebelumnya mengalami penurunan terbesar.

Adapun 12 subsektor yang mengalami rebound yaitu Industri Pengolahan Tembakau; Industri Pakaian Jadi; Industri Barang Logam, Bukan mesin, dan Peralatannya; Industri kulit, Barang dari Kulit Dan Alas Kaki; Industri Kertas dan Barang Kertas; Industri Percetakan dan Repro Media Rekaman; Industri Pengolahan Lainnya; Industri farmasi, Obat Kimia dan Tradisional; Industri Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semitrailer; Industri Karet, Barang Karet dan Plastik; dan Industri Logam Dasar.

Sedangkan, dua sektor lainnya yang mengalami peningkatan nilai IKI dalam dua bulan berturut-turut adalah Industri Minuman dan Industri Furnitur. Peningkatan IKI industri furnitur didorong oleh permintaan produk di pasar baru yaitu Timur Tengah dan promosi yang terus dilakukan baik di dalam maupun di luar negeri.

Pada IKI November, masih ada enam subsektor mengalami nilai IKI kontraksi dengan dua subsektor di antaranya semakin dalam level kontraksinya. Adapun kontraksi terendah dialami industri tekstil dan industri komputer, barang elektronik, dan optik.

Jika dilihat dari subsektornya, nilai IKI industri makanan tercatat masih ekspansi meskipun nilainya mengalami penurunan. Selain itu, perlu diwaspadai adanya isu ketahanan sebagai dampak El Nino dan perubahan iklim.

Di industri tekstil, kontraksi yang semakin dalam merupakan akibat impor ilegal di bidang tekstil yang belum terkendali.

Sedangkan untuk industri komputer, barang elektronik, dan optik diketahui terdapat masalah banyaknya stok barang sehingga perusahaan melakukan pengurangan produksi.

Demikian pula pada industri peralatan listrik kontraksi terjadi akibat belanja pemerintah yang telah selesai, meskipun demikian pesanan masih mengalami peningkatan.

Pemberlakuan Neraca Komoditas dan Tata Niaga Impor diharapkan dapat mendorong sektor yang mengalami kontraksi menjadi lebih baik.

Baca juga: Menperin: industri remanufaktur kunci capai netralitas emisi
Baca juga: Menperin: Manufaktur tumbuh 5,2 persen bukti industri topang ekonomi
Baca juga: Kemenperin optimalkan industri pakaian dan alat olahraga lokal

 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023