Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi VI DPR RI Muhammad Azhari mengatakan petani Indonesia yang memanfaatkan sistem resi gudang (SRG) akan mempunyai kekuatan untuk mengontrol nilai jual produk pertaniannya karena tidak bergantung pada harga pasar yang merugikan.

"Petani dan kelompok tani bisa memanfaatkan sebaik-baiknya sistem resi gudang ini untuk meningkatkan kesejahteraannya," kata Azhari dalam acara sosialisasi sistem resi gudang kepada petani di Cariu, Bogor, Jawa Barat, yang diadakan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan, Senin.

Selama ini, katanya, pada saat panen petani dihadapkan pada situasi tanpa pilihan kecuali menjual komoditinya segera setelah panen kepada pedagang besar, korporasi atau tengkulak, dengan harga yang cenderung turun.

Sedangkan melalui sistem resi gudang, kata dia, petani tidak harus menjual komoditasnya saat panen. Namun komoditas hasil panen tersebut dapat disimpan di dalam gudang terlebih dulu, dan menjualnya dikemudian hari ketika harga komoditas menjadi lebih baik.

Petani dapat menyimpan hasil komoditasnya di gudang-gudang yang telah mendapatkan izin dari Kementerian Perdagangan. Dengan menyimpan hasil komoditasnya di gudang, petani akan mendapatkan resi yang dapat digunakan sebagai jaminan untuk mendapatkan pembiayaan dari bank.

Menurut Azhari, sejak diluncurkan 2008, sistem resi gudang telah dilaksanakan di 39 kabupaten/kota, antara lain seperti Bener Meriah, Indramayu, Subang, Cianjur, Pekalongan, Karang Anyar, Bantul, Demak, Jombang, Jepara, Banyumas, Kudus, MAdiun, Mojokerto, Sragen, Nganjuk, Ngawi, Banyuwangi, Pasuruan, Probolinggo, Tulungagung, Sampang, Barito Kuala, Lombok TImur dan lain-lain.

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013