Setiap tahun kami coba untuk review, kami lihat dinamikanya. Kamj memang targetkan untuk net zero emission.
Jakarta (ANTARA) - PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA)  menyusun peta jalan menuju pembangunan berkelanjutan, yang diharapkan dapat diimplementasikan secara bertahap hingga 2045.

Sekretaris Perusahaan WIKA Mahendra Vijaya menyampaikan, WIKA sudah menyusun peta jalan dekarbonisasi sejak 2022 yang ditargetkan dapat mencapai net zero emission (NZE) atau nol emisi karbon pada 2030. Namun seiring dengan dinamika yang dihadapi, terdapat beberapa hal yang harus direvisi.

"Setiap tahun kami coba untuk review, kami lihat dinamikanya. Kamj memang targetkan untuk net zero emission," ujar Mahendra dalam diskusi media di Jakarta, Jumat.

Baca juga: WIKA fokus pada penyehatan keuangan di 2024

Mahendra menyebut, WIKA sedang mendorong untuk penggunaan produk-produk hijau seperti modular direksi keet untuk gedung-gedung, solar panel, fly ash dari limbah batu bara untuk beton pracetak hingga penggunaan kendaraan listrik pada proyek-proyek pembangunan.

Menurut Mahendra, industri konstruksi memang sulit untuk sepenuhnya lepas dari emisi. Oleh karena itu, WIKA akan melakukannya secara bertahap mulai dari hal terkecil, seperti penanaman pohon pada proyek-proyeknya.

Baca juga: WIKA Raih Gold Rank Pada Ajang Asia Sustainability Reporting Rating (ASRRAT) 2023

Pada Senin (20/11), WIKA melakukan penanaman m sebanyak 200 pohon jenis Ketapang Kencana. Ini merupakan bagian dari penanaman sebanyak 700 bibit pohon yang dilaksanakan sepanjang bulan November pada area operasi WIKA di Jabodetabek terutama di DKI Jakarta. Melalui penanaman tersebut, WIKA telah merealisasikan dekarbonisasi sebesar 2.100 ton karbon/tahun (berdasarkan data Jurnal Penelitian Hutan Tanaman).

"Kami mendorong proyek untuk melakukan planting dengan pohon Ketapang misalnya, atau proyeknya pakai karbon absorbtion. Memang ini tidak mudah diimplementasikan di setiap proyek, akhirnya yang paling visible adalah planting yang bisa membalancing karbonnya," kata Mahendra.

Pewarta: Maria Cicilia Galuh Prayudhia
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023