AI ini akan belajar terus-menerus, membantu manusia untuk mengungkap strategi yang sebelumnya tidak terpikirkan
Jakarta (ANTARA) - Perusahaan pemasaran digital Red Asia Inc. memperkenalkan piranti teknologi kecerdasan buatan (AI) terbaru bernama Red AInstein yang didesain bukan untuk menggantikan peran sumber daya manusia melainkan sebagai "otak" untuk mengungkapkan titik-titik tak terlihat (blind spot) sekaligus menciptakan peluang baru bagi dunia bisnis.

"Bayangkan perusahaan memiliki tim kreatif, strategi, dan media sosial yang dipasangi roket dan punya otak baru yang menemani bernama Red AInstein. AI ini akan belajar terus-menerus, membantu manusia untuk mengungkap strategi yang sebelumnya tidak terpikirkan," kata Managing Partner Red Asia Inc. Damon Hakim pada pengenalan sejumlah piranti AI inovatif dan layanan transformasi dari Red Asia Inc. di Jakarta, Rabu.

Menurut Damon, teknologi asistensi pembelajaran Red AInstein akan menjadi semacam pemantik bagi tim kreatif yang terbiasa melahirkan ide-ide brilian sekaligus liar. Teknologi piranti AI tersebut didesain untuk belajar secara konstan dan terus menerus tanpa henti, sehingga semakin mahir dan memahami karakter perusahaan atau merek yang dipelajari.

"AI ini bisa mempelajari fitur-fitur produk yang dimiliki, melakukan riset terhadap karakter audiens, mencermati tren perusahaan di media sosial, bahkan memantau pergerakan kompetitor. Red AInstein konstan belajar setiap detik 7 hari seminggu tanpa komplain. Paling penting, AI ini menguak hal-hal yang tadinya nggak terlihat menjadi jelas," imbuh dia.

Baca juga: Teknologi AI berpotensi bantu lahirkan kebijakan kembangkan UMKM
 
Ilustrasi teknologi AI asistensi pembelajaran Red AInstein. (ANTARA/HO/redasiainc.)


Damon melanjutkan bahwa nantinya satu "otak" Red AInstein akan didedikasikan khusus bagi setiap pelanggan agar AI tersebut dapat bekerja secara optimal dalam mengenali karakter setiap merek. Piranti AI itu juga mempelajari perkembangan produk di media sosial dan pemasaran, baik untuk produk sendiri maupun kompetitor.

Piranti Red AInstein juga diklaim bekerja 100 kali lebih cepat daripada aktivitas biasa manusia. Damon mencontohkan bila tadinya aktivitas bisnis membutuhkan waktu selama 5 hari tenaga manusia, maka dengan AI aktivitas tersebut hanya mengambil waktu sekitar 5-10 menit. Teknologi AI ini menggunakan jutaan bahkan miliaran data tergali untuk memberikan rekomendasi paling strategis.

"Semakin lama digunakan maka hasilnya semakin baik karena AI ini didesain untuk belajar sesuai karakter pelanggan. Semisal pelanggan bilang tidak suka dengan rekomendasi AI, maka selanjutnya AI tidak akan merekomendasikan hal serupa. Dia banyak belajar dengan cara cepat," terang Damon.

Meski begitu Red AInstein, Damon melanjutkan, tidak akan menggantikan kemampuan kreativitas manusia yang ada di dalam tim perusahaan. Teknologi AI ini bersifat hanya memberikan pemaparan strategi awal sekaligus validasi terhadap ide-ide yang telah direncanakan oleh perusahaan.

"AI ini memberikan filter, validasi, dan rekomendasi setiap ide dari manusia. Bila perusahaan sudah memiliki ide-ide yang bagus, maka AI akan semakin memperkuat ide-ide tersebut sekaligus memberi gambaran sisi-sisi tak terlihat atau blind spot, termasuk mencermati hal-hal apa yang bisa dilakukan perusahaan yang tidak dilakukan pihak kompetitor," tutup dia.

Baca juga: Indonesia perlu standar pengaturan AI sesuai budaya lokal

Baca juga: Peningkatan adopsi AI e-commerce Indonesia memicu kehadiran kebijakan

Baca juga: Kemenkominfo ajak industri bahas pemanfaatan AI untuk ekonomi digital

Pewarta: Ahmad Faishal Adnan
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2023