San Fransisco, AS (ANTARA) - Boeing Company pada Rabu (25/10) melaporkan pendapatan kuartal ketiga (Q3) 2023 sebesar 18,1 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp15.871), meningkat 13 persen dibandingkan periode yang sama pada 2022, didorong oleh makin tingginya volume layanan dan pesawat komersial.

Perusahaan itu membukukan kerugian bersih sebesar 1,64 miliar dolar AS pada kuartal tersebut, dengan kerugian GAAP (generally accepted accounting principles) per saham sebesar 2,70 dolar AS dan kerugian inti (core loss) per saham (non-GAAP) sebesar 3,26 dolar AS.

Hasil Q3 dipengaruhi oleh kinerja pertahanan yang kurang baik dan pengiriman 737 yang lebih rendah, sebut perusahaan itu.

Pendapatan Q3 Pesawat Terbang Komersial (Commercial Airplanes) Boeing meningkat menjadi 7,88 miliar dolar AS dari 6,3 miliar dolar AS pada tahun lalu, khususnya didorong oleh peningkatan pengiriman 737.

Dalam program pesawat komersial, Boeing mengirimkan 105 unit pesawat pada Q3 2023, turun 6 persen dari 112 unit pesawat pada periode yang sama tahun lalu. Sejauh tahun ini, pengiriman mencapai 371 unit pesawat.

Selama kuartal itu, Pesawat Terbang Komersial membukukan 398 pesanan bersih, termasuk 150 unit pesawat 737 MAX 10 untuk Ryanair, 50 unit pesawat 787 untuk United Airlines, dan 39 unit pesawat 787 untuk Saudi Arabian Airlines.

Daftar backlog mencakup lebih dari 5.100 unit pesawat dengan nilai total 392 miliar dolar AS.
 
   


Dalam program pertahanan, ruang angkasa, dan keamanannya, pendapatan Q3 meningkat menjadi 5,48 miliar dolar AS. Sebanyak 28 unit pesawat telah dikirimkan pada kuartal tersebut, dengan total pengiriman hingga saat ini untuk 2023 mencapai 105 unit pesawat dan tiga satelit.

Pendapatan Q3 Layanan Global (Global Services) Boeing meningkat 9 persen ke angka 4,81 miliar dolar AS dari 4,43 miliar dolar AS pada tahun lalu

Terkait program 737, pada kuartal tersebut teridentifikasi adanya ketidaksesuaian dari pemasok pada bagian sekat tekanan buritan dari pesawat 737 tertentu.

Pengiriman dan produksi jangka pendek akan terdampak karena program itu menjalankan inspeksi dan pengerjaan ulang yang diperlukan, dan perusahaan tersebut kini memperkirakan akan mengirimkan 375 hingga 400 unit pesawat pada tahun ini, ungkap Boeing.

Dalam hal produksi, para pemasok terus melanjutkan kenaikan tarif yang direncanakan, dan Boeing berharap dapat merampungkan transisi perakitan akhir menjadi 38 unit per bulan hingga akhir tahun, dengan rencana untuk meningkatkan produksi hingga 50 unit per bulan pada kurun waktu 2025/2026, papar Boeing.

Program 787 perusahaan tersebut saat ini sedang mengalihkan produksi menjadi lima unit pesawat per bulan dan berencana untuk meningkatkan produksi menjadi 10 unit per bulan pada 2025/2026. Program itu masih diharapkan dapat menghasilkan 70 hingga 80 unit pesawat tahun ini.

"Kami terus mengalami kemajuan dalam pemulihan dan meskipun ada tantangan jangka pendek, kami tetap berada di jalur yang tepat untuk memenuhi target keuangan yang telah kami tetapkan untuk tahun ini dan untuk jangka panjang," ujar Dave Calhoun, yang menjabat presiden sekaligus CEO Boeing.

"Kami berfokus mendorong stabilitas dalam rantai pasokan kami dan meningkatkan kinerja operasional seiring peningkatan laju produksi guna memenuhi permintaan yang kuat ... Melalui kepemimpinan kami dalam keselamatan, kualitas, dan transparansi, kami akan terus memulihkan kekuatan operasional dan keuangan kami," imbuhnya. 



 

Penerjemah: Xinhua
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2023