Cape Town (ANTARA) - Pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari perkiraan pada kuartal ketiga (Q3) 2023 membuktikan ketahanan ekonomi China, seperti diungkapkan seorang ekonom Afrika Selatan (Afsel) pada Rabu (18/10).

Produk Domestik Bruto (PDB) China tumbuh 4,9 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada Q3, naik 1,3 persen dibandingkan kuartal sebelumnya.

PDB tersebut tumbuh 5,2 persen (yoy) dalam tiga kuartal pertama 2023, menurut Biro Statistik Nasional (National Bureau of Statistics/NBS) China.

"Ekonomi China mencatatkan ekspansi sebesar 4,9 persen (yoy) pada Q3, dibandingkan dengan perkiraan konsensus kenaikan sebesar 4,4 persen (yoy) dan perkiraan saya sebesar 4,6 persen (yoy)," ujar Helmo Preuss, seorang ekonom yang juga pendiri Forecaster Ecosa, sebuah perusahaan riset ekonomi dan pasar di Afsel, dalam sebuah wawancara tertulis kepada Xinhua.

"Ketahanan dan momentum pertumbuhan ekonomi China ditunjukkan oleh angka-angka dalam basis kuartalan, yang menurut NBS meningkat 1,3 persen pada Q3 atau lebih dari dua kali lipat dari kenaikan 0,5 persen pada kuartal kedua (Q2)," ujar Preuss, yang telah mempelajari ekonomi China sejak 1992.

Preuss mengaitkan potensi dan ketahanan pembangunan ekonomi China dengan upaya penyeimbangan kembali yang tengah berlangsung.

"China sedang dalam proses menyeimbangkan kembali ekonominya menjadi ekonomi yang lebih berorientasi pada jasa domestik," ujarnya.

Terkait prospek perkembangan ekonomi terbesar kedua di dunia itu, Preuss memperkirakan bahwa pertumbuhan di bidang jasa dan industri teknologi tinggi akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi China di masa depan.

Dia menyatakan bahwa total investasi aset tetap China naik 3,1 persen (yoy) dalam sembilan bulan pertama 2023 dengan investasi di industri teknologi tinggi mencatatkan pertumbuhan 11,4 persen (yoy) dalam periode yang sama.

"Saya memperkirakan pertumbuhan penjualan retail jasa akan mendekati angka 20 persen pada 2023," ujar ekonom itu. 

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2023