Pontianak, (ANTARA News) - Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Kalimantan Barat mencatat Kabupaten Kapuas Hulu sebagai daerah yang memiliki titik panas (hot spot) terbanyak yang terdeteksi satelit National Oceanic Atmospheric and Administration (NOAA) dalam dua hari terakhir, yakni 33 buah. Kepala Bapedalda Kalbar, Ir Tri Budiarto di Pontianak, Senin (10/7) mengatakan bahwa untuk Sabtu (8/7) terdeteksi 22 titik panas di Kapuas Hulu dan menurun menjadi 11 titik panas pada Minggu (9/7). "Secara keseluruhan, jumlah titik panas yang terdeteksi pada Minggu sebanyak 17 buah yang tersebar di lima kabupaten. Sedangkan sehari sebelumnya, jumlah titik panas sebanyak 54 buah yang tersebar di tujuh kabupaten," kata Tri. Secara rinci, titik panas pada Sabtu lalu yakni 22 buah di Kabupaten Kapuas Hulu, tujuh di Kabupaten Bengkayang, empat di Kabupaten Landak, sembilan di Kabupaten Pontianak, enam di Kabupaten Sambas, lima di Kabupaten Sanggau dan satu di Kabupaten Sintang. Sedangkan Minggu, 11 di Kabupaten Kapuas Hulu, masing-masing dua di Kabupaten Landak dan Sambas, satu di Kabupaten Melawi dan Kabupaten Sanggau. Satelit NOAA mendeteksi titik panas pada lahan dengan luasan konstan 1,2 hektar dan suhu 316 derajat Kelvin atau 40 derajat Celcius. Tri mengakui tidak dapat menentukan secara spesifik pemilik lahan yang terdeteksi sebagai titik panas, namun ia tidak akan menutup-nutupi pelaku pembakaran. "Hot spot berbeda dengan titik api (fire spot). Bisa saja hot spot terdiri dari beberapa sumber api, tapi sumber api belum tentu menghasilkan hot spot," katanya. Mengenai dampak dari banyaknya titik panas di Kalbar terhadap kabut asap yang mulai pekat, Tri mengakui terdapat hubungan yang cukup erat. Namun, lanjut dia, banyak pula sumber api yang tidak menghasilkan titik panas tetapi menimbulkan asap dalam jumlah banyak. "Misalnya saja pembakaran tanaman perdu. Memang tidak terlihat api yang menyala-nyala, tetapi pembakarannya menghasilkan asap tebal," katanya. Bapedalda Kalbar mencatat, tingkat Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Kota Pontianak dan sekitarnya untuk malam hari mulai pukul 20.00 - 02.00 WIB termasuk kategori tidak sehat (101-199 part per million (PPM). "ISPU tercatat sudah di angka 180 PPM. Ini sudah tidak sehat bagi masyarakat," kata Tri. Kondisi ini juga mulai dialami sejumlah daerah di pedalaman seperti Kabupaten Sintang dan Sanggau. Tri mengatakan, untuk mengantisipasi kabut asap, diperlukan langkah kongkrit pihak terkait dari unsur pemerintah, pemegang hak pengusahaan maupun masyarakat. "Komitmen bersama dari ketiga unsur yang dicanangkan beberapa waktu lalu mengenai pembakaran lahan dan kabut asap harus diimplementasikan secara kongkrit," katanya. Kabupaten Kapuas Hulu sendiri merupakan kabupaten konservasi yang memiliki sejumlah taman nasional diantaranya Betung Kerihun dan Danau Sentarum.(*)

Copyright © ANTARA 2006