Jakarta (ANTARA) - Google dan Youtube berkomitmen mendukung pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) Serentak 2024 yang damai dan bermartabat dengan menghubungkan masyarakat kepada informasi yang tepercaya serta mengedukasi publik agar terhindar dari misinformasi.

"Sejalan dengan misi Google yaitu mengorganisir informasi di dunia agar dapat diakses oleh semua orang, hari ini yang ingin kami lakukan adalah upaya-upaya Google dan YouTube dalam mendukung Pemilu damai 2024," ujar Direktur Hubungan Pemerintah dan Kebijakan Publik Google Indonesia Putri Alam, di Jakarta, Rabu.

Putri menuturkan, dalam upaya untuk mewujudkan pemilu yang damai dan bermartabat , Google dan Youtube akan menjalankan sejumlah langkah.

Pertama, Google akan berusaha untuk melindungi pengguna dari konten yang berbahaya dan ilegal. Mereka akan menampilkan informasi otoritatif dan menerapkan kebijakan yang komprehensif untuk mengatasi timbulnya misinformasi.

Baca juga: Kemenkominfo siapkan langkah tangani penyebaran isu hoaks pemilu

Sebagai contoh, ketika pengguna mencari informasi mengenai pemilu pada Google Search, Google akan mengedepankan informasi-informasi atau berita dari sumber-sumber tepercaya seperti dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) atau Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).

"Kita mengangkat informasi-informasi dari KPU dan Bawaslu agar apabila pengguna atau pemilih ingin menelusuri atau mencari terkait pemilu, yang muncul duluan di platform kami adalah informasi-informasi otoritatif dari KPU dan Bawaslu seperti bagaimana caranya mendaftar bagaimana memilih dan sebagainya," kata Putri.

Hal yang sama juga diterapkan di YouTube. Platform tersebut akan menampilkan video-video terkait pemilu seperti berita seputar pemilu maupun tayangan debat calon presiden dari sumber otoritatif yang kredibel dan tepercaya.

YouTube juga akan menindak tegas konten-konten yang melanggar, seperti perilaku yang merugikan orang lain, penggunaan teknologi deepfake, aktivitas penipuan atau scamming, dan peniruan identitas.

Apabila ditemukan konten semacam itu, YouTube akan mengambil tindakan untuk menekan potensi bahaya, baik dengan blokir, menghapus, atau membatasi konten tersebut.

Putri mengatakan upaya ini bertujuan untuk memastikan bahwa pengguna mendapatkan akses ke informasi yang akurat dan dapat dipercaya.

Adapun langkah kedua yang dilakukan adalah mengedukasi masyarakat agar terhindar dari misinformasi atau hoaks selama penyelenggaraan Pemilu 2024.

Baca juga: Jelang pemilu, WhatsApp luncurkan workshop literasi digital di 8 kota

Head of Brand and Reputation Marketing Google Indonesia Muriel Makarim mengatakan pihaknya menyadari pentingnya memberikan wawasan dan literasi kepada masyarakat untuk membuat keputusan yang matang berdasarkan informasi kredibel dan tepercaya.

Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, Google dan YouTube bekerja sama dengan berbagai pihak untuk memberikan edukasi kepada masyarakat.

Muriel menyebut terdapat dua aspek pendekatan utama yang dilakukan. Pertama, Google akan mengedukasi pengguna tentang cara mengidentifikasi dan mengevaluasi informasi yang ditemui.

Google Indonesia bekerja sama dengan Jigsaw, sebuah unit di internal Google yang berfokus pada penelitian tentang cara mengatasi misinformasi, khususnya dengan metode prebunking.

Prebunking adalah pendekatan yang membantu pengguna mendeteksi, memahami, dan mencegah taktik-taktik misinformasi. Dalam hal ini, ada tiga taktik yang sering digunakan, yakni merusak reputasi, memanipulasi gambar dan video, serta taktik memancing emosi.

Seiring dengan hal tersebut, Google Indonesia meluncurkan kampanye "Recheck Sebelum Kegocek" bekerja sama dengan KPU, Bawaslu, Cek Fakta, Safer Internet Lab, Vindes, dan mitra-mitra lainnya. Ini adalah kampanye yang terutama ditujukan kepada pemilih muda agar terhindar dari misinformasi maupun informasi palsu lainnya.

Baca juga: JPPR: KPU optimalkan portal info pemilu cegah misinformasi Pemilu 2024

YouTube juga meluncurkan kampanye "Pause Dulu," yang mengajak pengguna untuk lebih bijak sebelum membagikan informasi, dengan mengevaluasi konten terlebih dulu, memeriksa kredibilitas sumber, dan berpikir sejenak sebelum membagikannya agar terhindar dari misinformasi.

Dengan berbagai langkah ini, diharapkan masyarakat Indonesia dapat lebih cerdas dan berhati-hati dalam menyikapi informasi selama periode Pemilu 2024.

"Walaupun kami sudah berusaha sedemikian rupa untuk menjaga keamanan pengguna seperti yang tadi sudah paparkan, pasti pelaku yang tidak bertanggung jawab akan selalu ada. Oleh karena itu kami percaya bahwa penting sekali untuk mempersiapkan pemilih untuk melawan misinformasi ini," kata Muriel.

Dalam kesempatan itu, Muriel turut menyampaikan bahwa organisasi filantropi Google, Google.org, memberikan hibah sebesar 2,5 juta dollar AS (sekitar Rp38 miliar) kepada Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) untuk meningkatkan cakupan program Tular Nalar.

Tular Nalar, yang dibentuk oleh Mafindo, Maarif Institute, dan Love Frankie pada tahun 2020, adalah program yang berfokus pada penyediaan sarana dan pembekalan literasi digital terhadap kelompok rentan seperti kaum muda dan lansia.

Program tersebut bertujuan membekali kelompok-kelompok itu dengan kemampuan untuk mengidentifikasi informasi yang keliru, hoaks, dan ujaran kebencian guna memastikan bahwa mereka dapat menjelajahi internet dengan aman dan terhindar dari hoaks dan penipuan digital.

"Kami akan memperluas jangkauan program Tular Nalar ke seluruh penjuru 38 provinsi secara lokal. Upaya yang diperluas tersebut akan meneruskan dan mengembangkan kerja keras kami terdahulu, yang bertujuan untuk menunjang penerima manfaat, terutama pemilih pemula dan lansia, dengan meningkatkan kemampuan berpikir kritis mereka," kata Program Manager Tular Nalar Mafindo Santi Indra Astuti.

Baca juga: Gubernur Lemhannas harap ada kematangan politik saat Pemilu 2024

Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2023