menandakan kemungkinan setidaknya satu kali kenaikan (suku bunga) lagi pada tahun ini
Jakarta (ANTARA) - Analis keuangan yang juga Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi menyatakan pelemahan rupiah pada Senin, merupakan imbas sikap bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed) yang diperkirakan bakal mempertahankan kebijakan hawkish (pengetatan moneter).

“Federal Reserve diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya ketika mengumumkan keputusan terbarunya pada hari Rabu (20/8), namun juga kemungkinan akan mempertahankan sikap hawkish-nya, menandakan kemungkinan setidaknya satu kali kenaikan (suku bunga) lagi pada tahun ini,” ujar dia ketika dihubungi Antara di Jakarta, Senin.

Pada penutupan pasar uang hari ini, mata uang rupiah melemah sebesar 14 poin atau 0,09 persen menjadi Rp15.370 per dolar AS dari penutupan sebelumnya sebesar Rp15.356 per dolar AS.

Selain itu, Bank of England (BoE), bank sentral Inggris, juga akan mengadakan pertemuan pada Kamis (21/9) yang diprediksi bakal memutuskan untuk menaikkan suku bunga karena inflasi.

Secara keseluruhan, lanjut dia, prospek perekonomian Inggris terlihat cukup suram yang terlihat dari pemangkasan perkiraan pertumbuhan sektor manufaktur oleh UK (United Kingdom) manufacturing trade body pada tahun 2023 dan 2024. Hal ini didasari alasan adanya penurunan tajam output pabrik dan ketidakpastian ekonomi.

“Hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa BoE mungkin memberi sinyal berakhirnya siklus kenaikan suku bunga setelah perkiraan kenaikan suku bunga pada hari Kamis (21/9),” ucap Ibrahim.

Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin, turut melemah ke posisi Rp15.373 dari sebelumnya Rp15.367 per dolar AS.


Baca juga: Pengamat: Rupiah berpotensi melemah hingga Rp15.400 per dolar AS
Baca juga: Nilai tukar rupiah Jumat sore stagnan di Rp15.355 per dolar AS


Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023