Pengembangan ekosistem kendaraan listrik serta kapasitas produksi tidak akan dapat terwujud tanpa konektivitas antar negara anggota ASEAN
Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Luar Negeri Pahala Nugraha Mansury menekankan pentingnya konektivitas antar negara anggota ASEAN untuk dapat mewujudkan pengembangan ekosistem kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).

“Pengembangan ekosistem kendaraan listrik serta kapasitas produksi tidak akan dapat terwujud tanpa konektivitas antar negara anggota ASEAN,” kata Wamenlu Pahala saat memberikan sambutan pada The ASEAN Indo-Pacific Forum Day 2 di Jakarta, Rabu.

Pada forum yang berfungsi sebagai platform inklusif bagi negara-negara anggota ASEAN dan mitranya, terutama dari sektor publik dan swasta untuk terlibat dalam diskusi mendorong kolaborasi di kawasan Indo-Pasifik tersebut, Wamenlu menuturkan bahwa Indonesia telah meluncurkan dan membangun ekosistem mobil listrik dan kendaraan listrik.

Dengan kekayaan alamnya yang memiliki total sekitar 26 persen sumber daya dunia berupa nikel, Indonesia memiliki rencana ambisius untuk membuat baterai dengan kapasitas lebih dari 140 gigawatt jam pada 2030.

Begitu juga dengan negara-negara ASEAN lainnya yang juga memiliki rencana ambisius untuk dapat menjadi bagian dari rantai pasok global dalam ekosistem EV.

“Negara-negara anggota ASEAN lainnya juga memiliki potensi yang besar, seperti Filipina yang sebenarnya juga memiliki potensi yang sangat signifikan dalam pengembangan nikel. Di Indonesia, kita juga mempunyai sumber daya yang lebih dari sekadar nikel,” ucapnya.

Oleh karenanya, Pahala mengajak negara-negara ASEAN, melalui ASEAN Indo-Pacific Forum dan KTT ASEAN, untuk bersama-sama mengembangkan ekosistem kendaraan listrik yang lebih kohesif serta menghubungkan klaster industri ramah lingkungan yang akan membangun rantai pasok di masa depan melalui jaringan hijau ASEAN atau The Green ASEAN Grid.

“Membangun pelabuhan ramah lingkungan dan penyimpanan molekul ramah lingkungan seperti hidrogen ramah lingkungan, serta bahan bakar penerbangan berkelanjutan adalah salah satu elemen kunci bagaimana kita dapat mengembangkan ekosistem yang lebih kohesif dan rantai pasokan yang lebih terregionalisasi agar mampu mengembangkan ekosistem EV ini,” jelas dia.

Lebih lanjut ia juga menyampaikan bahwa Indonesia juga tengah mendorong inisiatif untuk mengembangkan dan menyasar pasar hidrogen yang sedang berkembangan dan menciptakan potensi sekitar 1,4 triliun pasar pada tahun 2050.

“Indonesia masih berada pada tahap awal pengembangan hidrogen hijau. Dalam hal penghematan, Pertamina Indonesia juga telah berkembang menjadi bahan bakar kendaraan listrik yang berkelanjutan melalui banyak inisiatif yang kami miliki,” tambahnya.

Adapun ASEAN Indo-Pacific Forum yang diselenggarakan pada Selasa hingga Rabu, 5-6 September 2023 merupakan implementasi dari Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik (AOIP). Forum ini merupakan acara unggulan di bawah Keketuaan Indonesia di ASEAN tahun ini.

Baca juga: Potensi startup digital ASEAN bisa tembus 1 triliun dolar AS pada 2030

Baca juga: Wamenlu: Forum ASEAN Indo-Pasifik untuk bendung rivalitas

Baca juga: Kementerian BUMN bidik potensi kerja sama 50 miliar dolar AS dari AIPF

 

Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2023