Kita membuka investasi dari banyak negara, kita tidak membeda-bedakan. kalau Vietnam mau masuk, itu tidak masalah, karena kita memang fokus di baterainya
Jakarta (ANTARA) - Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan Republik Indonesia (RI) terbuka terhadap peluang investasi dalam bidang kendaraan listrik (electric vehicle/EV), termasuk dari kalangan negara-negara ASEAN (Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara).

“Kita membuka investasi dari banyak negara, kita tidak membeda-bedakan. kalau Vietnam mau masuk, itu tidak masalah, karena kita memang fokus di baterainya,” katanya saat ditemui usai kegiatan Forum ASEAN-Indo-Pasifik (AIPF) di Jakarta, Selasa.

Erick mengatakan pengembangan ekosistem kendaraan listrik menjadi salah satu fokus perhatian utama, terlebih bila mengingat persoalan polusi yang terjadi di Jakarta belakangan.

Menurut dia, masalah polusi membuat urgensi untuk beralih ke kendaraan listrik menjadi makin genting.

“Saya rasa kita sepakat bagaimana polusi yang terjadi hari ini, salah satunya harus segera kita migrasi ke penggunaan kendaraan publik dan intervensi kendaraan listrik,” ujarnya.

Menyambung peluang investasi, Menteri BUMN menyebut peluang tersebut memungkinkan untuk mendongkrak penggunaan kendaraan listrik di dalam negeri, sehingga dapat berdampak pada penekanan polusi.

Selain polusi, persoalan lain yang juga dapat teratasi adalah pengurangan impor bahan bakar minyak (BBM).

Namun, Erick menjamin investasi yang masuk ke Indonesia terkait kendaraan listrik akan tetap menjaga arahan hilirisasi oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).

“Kami ingin memastikan investasi-investasi itu hadir, tetapi komitmen Bapak Presiden jelas, kita tidak mengirim bahan mental ke luar negeri. Hilirisasi harus terjaga di Indonesia,” jelas Erick.

Presiden Jokowi, dalam sambutannya di kegiatan AIPF, mengatakan perekonomian ASEAN akan tumbuh lebih kokoh melalui hilirisasi industri. Salah satu contoh konkret terkait pembangunan rantai pasok kawasan adalah melalui pembangunan ekosistem kendaraan listrik.

Pernyataannya tersebut menyambung salah satu dari tiga agenda utama AIPF, yakni infrastruktur hijau dan rantai pasok yang tangguh.

Selain infrastruktur hijau dan rantai pasok yang tangguh, Presiden RI juga menyoroti dua agenda utama lainnya, yaitu pentingnya kerja sama di bidang pembiayaan berkelanjutan dan inovatif serta kerja sama transformasi digital dan ekonomi kreatif.

Baca juga: Kementerian BUMN bidik potensi kerja sama 50 miliar dolar AS dari AIPF
Baca juga: Erick Thohir: RI perkuat data center untuk jadi pemain besar di ASEAN
Baca juga: Erick Thohir: Kerja sama regional kunci majunya ASEAN dan Indo-Pasifik

 

Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023