Tianjin (ANTARA) - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Keamanan Siber (Tianjin) pertama ditutup di Kota Tianjin, China utara, pada Selasa (29/8) dan menyoroti soal keamanan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dan tata kelola dunia maya.

Mengusung tema "Bersama-sama Membangun Keamanan Siber dan Menata Dunia Maya" (Jointly Building Cyber Security and Governing Cyberspace), KTT selama dua hari itu menarik lebih dari 500 peserta, termasuk akademisi, cendekiawan, pengusaha, dan pejabat pemerintah.

Selama dua hari tersebut, Konferensi Antivirus Internasional (International Anti-Virus Conference) keempat juga diselenggarakan bersamaan dengan KTT.

Menurut laporan dari Pusat Tanggap Darurat Virus Komputer Nasional China yang dirilis pada KTT tersebut, jumlah serangan virus komputer yang menargetkan pengguna individu di China mengalami penurunan pada 2023, sementara serangan terhadap organisasi meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Laporan itu menyoroti bahwa sektor infrastruktur informasi penting, yang meliputi pendidikan, keuangan, dan kesehatan, yang berisi banyak data pribadi yang sangat sensitif, telah menjadi target utama peretasan data pada 2023.

Kemajuan AI generatif yang terus berkembang telah menimbulkan berbagai masalah keamanan siber baru, ujar Tyler McGee, Direktur Pemasaran McAfee, perusahaan keamanan siber asal Amerika Serikat.

Eugene Kaspersky, pendiri perusahaan keamanan siber dan antivirus asal Rusia Kaspersky Lab, mengungkapkan bahwa lebih banyak upaya harus dilakukan demi meningkatkan kerja sama penegakan hukum internasional guna memerangi penjahat siber di seluruh dunia.

Peraturan sementara China tentang pengelolaan layanan AI generatif mulai berlaku pada 15 Agustus, yang mengedepankan sejumlah langkah untuk meningkatkan teknologi AI generatif dan pada saat yang sama menetapkan norma-norma dasar bagi penyedia layanan AI generatif.

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2023