warga  diimbau tetap menggunakan masker saat bepergian sebagai langkah antisipatif
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Jakarta Barat (Pemkot Jakbar) meminta warga tetap menggunakan masker untuk mengantisipasi peningkatan kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) akibat memburuknya kualitas udara di Ibu Kota.

"Ya, memang kondisi udara Jakarta akhir-akhir ini semakin jelek ya, tetapi itu tidak berpengaruh signifikan bagi peningkatan kasus ISPA di Jakbar. Yang perlu kita buat itu antisipasinya, pakai masker," kata Kepala Suku Dinas (Sudin) Kesehatan Jakarta Barat, Erizon Safari​​ saat dihubungi wartawan di Jakarta, Senin.

Namun, ia menegaskan penurunan kualitas udara di DKI Jakarta, termasuk di Jakarta Barat, tidak berdampak signifikan kepada peningkatan kasus ISPA di Jakarta Barat.

Oleh karena itu, kata Erizon, warga  diimbau tetap menggunakan masker saat bepergian sebagai langkah antisipatif.

Situs pemantau kualitas udara IQAir mencatat kualitas udara Jakarta pada Senin ini, dengan indeks kualitas udara (air quality index/AQI) di angka 148 pada pukul 15.00 WIB atau berada dalam kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif.

AQI Jakarta tersebut menjadi kota dengan kualitas udara terburuk kedua di dunia, setelah Dubai, Uni Emirat Arab yang memiliki AQI di angka 156 pada pukul 15.00 WIB.

Erizon menegaskan bahwa belum ada peningkatan signifikan kasus ISPA di Jakarta Barat, khususnya berdasarkan data selama Januari sampai dengan Juli 2023.

"Laporan bulanan sampai akhir Juli tidak ada perbedaan signifikan (kasus ISPA), dengan bulan-bulan sebelumnya," kata Erizon.

Ia merinci total ada 9.709 kasus ISPA. Rinciannya,  1.615 kasus ISPA pada Januari 2023, 1.518 kasus pada Februari 2023, 1.831 kasus pada Maret 2023, dan 1.237 kasus ISPA pada April 2023.

"Lalu, Mei 1.095 kasus, Juni 1.311 kasus dan Juli 1.102 kasus," kata Erizon.

Dia menyampaikan tidak ada persiapan khusus di fasilitas kesehatan seperti puskesmas, untuk penanganan ISPA. Kendati demikian, dia menjamin ketersediaan obat-obatan untuk pasien.

"Ketersediaan obat dipastikan tercukupi," imbuhnya.

Selain menggunakan masker, Erizon juga meminta masyarakat untuk selalu menerapkan gaya hidup yang bersih, konsumsi vitamin yang seimbang, makanan yang sehat yang berpengaruh kepada daya tahan tubuh.

"Kalau polusi udara sulit kita kontrol, ya kita kontrol pola hidup dan pertahanan tubuh kita," kata Erizon.

Sebelumnya, Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menyebut, sekitar 100 ribu warga di Ibu Kota mengalami ISPA setiap bulan akibat peralihan cuaca.

"Warga yang terkena batuk, pilek, bahkan pneumonia setiap bulan rata-rata 100.000 kasus dari 11 juta penduduk," kata Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama di Jakarta, Jumat (11/8).

Ngabila menyebut dampak dari polusi udara bisa mengakibatkan penyakit kronis ataupun penyakit tidak menular seperti radang paru, penyebab penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), asma, dan penyakit sirkulasi darah seperti hipertensi dan jantung.

Oleh karena itu, untuk mengantisipasi terjadinya penyakit selama peralihan cuaca, Ngabila menyarankan untuk tetap di rumah jika tidak ada keperluan mendesak.

Menurut Ngabila, selama Januari hingga Juni 2023, terdapat 638.291 kasus ISPA. 

Rinciannya, Januari sebanyak 102.609, Februari 104.638, Maret 119.734, April 109.705, Mei 99.130 dan Juni 102.475 kasus.
Baca juga: Dinkes DKI sebut 100 ribu warga kena ISPA setiap bulan akibat cuaca
Baca juga: Pemprov DKI terapkan sistem kerja hibrida WFO-WFH mulai September
Baca juga: Pemerintah siapkan teknis razia uji emisi kendaraan di Jabodetabek

Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2023