Bandarlampung (ANTARA) - Rektor Institut Teknologi Sumatera (Itera) Prof. Dr. I Nyoman Pugeg Aryantha, menyatakan bahwa berkomitmen menjadi kampus berkelanjutan dengan terus berupaya maksimal mengerahkan program keberlanjutan baik secara individu maupun institusi.

"Semua sivitas berkomitmen mendukung konsep berkelanjutan, tidak hanya secara teori, melainkan dalam tata kelola sehari-hari. Acuan yang diberikan diharapkan dapat memotivasi institusi pendidikan untuk berlomba dalam kebaikan," kata Prof. I Nyoman Pugeg Aryantha, dalam keterangan yang diterima di Bandarlampung, Kamis.

Hal tersebut disampaikan dalam Lokakarya Nasional UI GreenMetric untuk Perguruan Tinggi Indonesia 2023, yang diselenggarakan di kampus Institut Teknologi Sumatera (Itera), yang diikuti Sebanyak 124 peserta dari sekitar 50 perguruan tinggi di Indonesia.

Rektor Itera itu juga menyampaikan berbagai terobosan dan inovasi yang dilakukan kampus itu untuk menjadi kampus berkelanjutan, salah satunya dengan membangun Integrated Waste And Agro Center (IWACI), untuk mengatasi permasalahan sampah yang masih menjadi tantangan.

"IWACI merupakan pusat inovasi pengelolaan limbah dan reintegrasi dengan agrikultur Itera. Pengelolaan sampah dilakukan dengan mengedepankan aspek keberlanjutan dilaksanakan dari hulu hingga hilir dengan semangat kolaborasi di lingkungan kampus," kata dia.

Ia mengatakan bahwa program biokonversi limbah padat organik, pengolahan thermal, pemanfaatan sampah anorganik, penerapan teknologi biogas, hingga produksi pupuk cair dan pakan ternak mandiri menjadi program unggulan IWACI.

"Hal ini juga bermaksud dalam upaya mendukung terciptanya kampus Itera yang zero waste," kata dia.

Ketua UI GreenMetric Prof. Riri Fitri Sari, M.Sc., M.M., menyebutkan bahwa penyelenggaraan Lokakarya UI GreenMetric hari ini bertepatan dengan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional yang dicanangkan oleh Presiden ke-3 RI, Alm. BJ. Habibie.

"Bersamaan dengan Hari Teknologi, perguruan tinggi diharapkan menjadi ujung tombak inovasi teknologi dan dapat mencari solusi bersama terkait permasalahan yang menjadi tantangan dunia, dengan berbasis keberlanjutan lingkungan," kata dia.

Sementara itu Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemdikbudristek Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC., Ph.D. menekankan bahwa bumi merupakan titipan, dan mengingatkan masyarakat untuk menjadi orang tua atau kakek-nenek yang dapat mewarisinya sehingga nyaman untuk ditinggali generasi selanjutnya.

“Waktu untuk mewujudkan SDGs tidak lama, untuk menghambat laju perubahan iklim juga sangat terbatas sehingga membutuhkan kerja keras bersama mengupayakannya, mulai dari hal-hal kecil, menghemat energi, mengurangi pemanfaatan plastik. Semoga Indonesia yang hijau dan berkelanjutan dapat tercapai,” kata dia.


Baca juga: Mendikbudristek lepas 21 ribu mahasiswa ikut Program Kampus Mengajar

Pewarta: Dian Hadiyatna
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023