Jakarta (ANTARA) - Sekitar 90,8 persen warga Jepang mengetahui kata dekarbonisasi atau mengurangi karbon, tetapi baru sedikit yang mempraktikannya karena hanya 33,1 persen yang telah menerapkan kata itu dalam kehidupan sehari-hari, kata seorang pejabat pemerintah Jepang mengutip sebuah hasil survei, dalam sebuah diskusi daring hari ini.

Mengutip hasil survei tentang kesadaran dekarbonisasi yang dirilis Maret 2022, Wakil Direktur Kantor untuk Promosi Gaya Hidup Dekabornisasi Kementerian Lingkungan Hidup Jepang Yoshifumi Sakai menyatakan 60 persen responden menjawab “tidak yakin” atau “tidak memiliki kesadaran ataupun kontribusi” terhadap dekarbonisasi.

Sakai menambahkan banyak warga Jepang yang belum memberikan aksi nyata untuk menerapkan kesadaran mengenai dekarbonisasi karena berbagai alasan, termasuk karena tidak mengetahui apa yang harus mereka lakukan.

Padahal, menurut Sakai, Jepang mendorong penerapan gaya hidup hijau sebagai salah satu upaya dekarbonisasi dan menjaga agar kenaikan suhu Bumi tidak melebihi 1,5 derajat Celsius sebagaimana yang disepakati dalam Perjanjian Paris.

Ajakan ini sejalan dengan gerakan nasional yang dicanangkan pemerintah Jepang, sambung Sakai dalam diskusi yang diikuti secara daring dari Jakarta itu.

Sakai mengungkapkan “Gerakan Nasional untuk Gaya Hidup Baru dan Sejahtera menuju Dekarbonisasi” sebagai gerakan yang melibatkan pemerintah pusat dan daerah, pelaku usaha dan organisasi untuk bersama-sama mendukung gaya hidup masyarakat.

Baca juga: Perusahaan perlu memastikan bisnisnya wujudkan dekarbonisasi

Beberapa inisiatif yang menjadi program pemerintah Jepang, yakni penggunaan produk-produk energi terbarukan seperti optimalisasi sistem pembangkit listrik tenaga matahari dan pembangunan kondominium yang menggunakan 100 persen energi terbarukan.

Kemudian, penggunaan transportasi umum, sepeda atau jalan kaki, pengolahan limbah, pengutamaan produk-produk lokal untuk konsumsi setempat, dan perencanaan paket wisata ramah lingkungan.

Guna mencapai tujuan dekarbonisasi pada 2030, Jepang menargetkan pengurangan besar-besaran emisi karbon yang mencakup 66 persen dari sektor rumah tangga, 35 persen transportasi, 14 persen non-energi, dan 51 persen dari bisnis.

Jepang dan negara-negara Kelompok Tujuh (G7) pada pertemuan tahun ini di Sapporo sepakat mengupayakan dekarbonisasi demi mencapai nol emisi gas pada 2050.

Anggota G7 adalah Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Amerika Serikat, plus Uni Eropa.

Jepang bertekad mengurangi emisi gas rumah kaca sampai 46 persen pada tahun fiskal 2030, termasuk memangkas tingkat emisi sektor transportasi sampai 35 persen.

Baca juga: Wakil Presiden: Pelanggar aturan dekarbonisasi harus ditindak

Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2023