Surabaya (ANTARA News) - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menerima Biaya Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) dari Ditjen Dikti Kemendikbud senilai Rp60 miliar untuk tahun 2013.

"Dana sebesar itu kami prioritaskan untuk penelitian dosen dan sekarang Badan Perencana dan Pembangunan (BPP) ITS tinggal menyeleksi sejumlah proposal penelitian yang masuk," kata Rektor ITS Prof Ir Tri Yogi Yuwono DEA kepada Antara di Surabaya, Senin.

Tidak hanya dosen, katanya, mahasiswa juga akan mendapatkan kucuran dana BOPTN.

"Misalnya, kontes robot di ITS akan mendapatkan dukungan dari BOPTN itu," katanya.

Selain itu, pihaknya juga akan memanfaatkan dana itu untuk pemeliharaan sarana dan prasarana.

"Selama ini, kami tidak memiliki dana untuk pemeliharaan sarana dan prasarana, karena itu adanya BOPTN akan membuat kami memikirkan pemeliharaan," katanya.

Sementara itu, Universitas Airlangga (Unair) Surabaya menerima BOPTN senilaiRp64 miliar untuk 2013 atau meningkat tajam dibandingkan dengan tahun lalu yang hanya bernilai Rp39 miliar.

"Tahun lalu, kami tidak banyak memanfaatkan dana BOPTN itu, karena turunnya dana itu cukup mepet, sehingga kami hanya mampu memakai Rp8 miliar atau sekitar 20 persen," kata Wakil Rektor II Unair Dr H Moh Nasih SE MT.Ak.

Untuk tahun ini, katanya, relatif siap, meski dengan dana BOPTN yang lebih besar, karena program sudah tersusun.

"Dana sebesar itu akan kami prioritaskan untuk penelitian dosen hingga 30 persen dan sekarang tinggal menyeleksi dari sejumlah proposal yang masuk," katanya.

Namun, pihaknya kurang bisa memanfaatkan BOPTN secara maksimal untuk mahasiswa karena tata cara penggunaan dana BOPTN itu sudah diatur, kecuali pemanfaatan untuk pembinaan program kreativitas mahasiswa (PKM) dan pelatihan karakter mahasiswa.

"Kami akan memanfaatkan untuk melatih mahasiswa agar tidak mudah emosi dan memiliki semangat akademik yang tinggi, karena itu kami akan memanfaatkan dana BOPTN untuk itu. Sayang sekali, pemanfaatan dana BOPTN untuk mahasiswa tidak bisa fleksibel," ujarnya.

Oleh karena itu, ia berharap pemerintah mengizinkan pemanfaatan dana BOPTN untuk kepentingan mahasiswa secara fleksibel. "Kalau BOPTN bisa digunakan secara fleksibel untuk mahasiswa akan dapat mengurangi biaya praktikum mahasiswa," tukasnya.

Ia mencontohkan pembelian stetoskop, alat rontgen, gelas ukur, dan sarana praktikum mahasiswa lainnya selama ini menggunakan dana yang dipungut dari mahasiswa, padahal BOPTN sebenarnya bisa digunakan mengurangi iuran bagi mahasiswa.

"Masalahnya, pemerintah hanya memperbolehkan BOPTN untuk sesuatu yang dibeli dengan prinsip `habis pakai`, padahal kita membutuhkan stetoskop, gelas ukur, alat rontgen, dan keperluan laboratorium lainnya dalam jumlah banyak," katanya.

Pewarta: Edy M Ya`kub
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013