Bukan jauh di mata dekat di hati, apalagi benci tapi rindu,"
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang bertemu dengan para pimpinan redaksi menginginkan hubungan dengan media dekat di mata dan dekat di hati.

"Bukan jauh di mata dekat di hati, apalagi benci tapi rindu," katanya dalam dialog dengan Forum Pemred di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat.

Dalam pertemuan selama 2,5 jam tersebut, SBY didampingi Wapres Boediono, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Mensesneg Sudi Silalahi dan Seskab Dipo Alam.

Sedang Ketua Forum Pemred Wahyu Muryadi dari Majalah Tempo didampingi antara lain Akhmad Kusaeni (LKBN Antara), Asro Kamal Rokan (Jurnal Nasional), Don Bosco Salamun (Berita Satu), Nurjaman Mochtar (SCTV), Heddy Lugito (Gatra), Farhat Syukri (TVRI) dan Niken dari RRI.

Supaya dekat di mata dan dekat di hati, SBY mengajak silaturahmi dengan boss-boss media itu bisa lebih sering dilakukan. SBY mengajak para Pemred untuk berkumpul secara lebih santai di Istana Bogor atau Cipanas bulan Mei 2013.

"Nanti saya buatkan nasi goreng spesial dengan resep khusus keluarga Pacitan," katanya.

Ketua Forum Pemred Wahyu Muryadi menambahkan bahwa selain menikmati nasi goreng masakan presiden, pertemuan di Istana Bogor atau Cipanas itu sekalian "bakar-bakar jagung, nyanyi-nyanyi" dan besok paginya menanam pohon penghijauan.

"Kami juga mengundang bapak Presiden untuk hadir dan bicara pada Pertemuan Puncak Pemred se-Indonesia di Nusa Dua Bali bulan Juni mendatang," kata Wahyu.

Presiden SBY menyatakan siap memenuhi undangan tersebut.

Sebelumnya, Pemred LKBN Antara Akhmad Kusaeni menyampaikan harapan agar keakraban hubungan presiden dengan media bisa terus berlangsung sampai 2014 dan seterusnya.

"Hubungan presiden dengan media sepanjang sejarah seperti kisah cintai yang selalu diwarnai benci dan rindu," katanya.

Menurut Kusaeni, hubungan presiden dan media yang saling merindukan karena keduanya memiliki komitmen kepada rakyat dan publik serta kepada nilai-nilai dan konstitusi.

"Presiden mengabdi dan melayani rakyat, sedangkan loyalitas pertama wartawan adalah kepada publik atau rakyat. Jadi kita memiliki komitmen yang sama atau satu perahu," kata Kusaeni.

Dengan komitmen yang sama tersebut, Presiden dan media bisa berjalan bersama dan seiring. Hubungan berubah menjadi benci ketika komitmen itu diingkari.

Sejarah membuktikan, lanjut Kusaeni, jika seorang presiden mulai menyimpang dari rakyat dan menabrak rambu-rambu konstitusi, pers mulai membenci seperti pada masa-masa akhir pemerintahan Soeharto dan Gus Dur.

"Saya yakin hubungan media dengan bapak SBY akan tetap saling mencinta sampai 2014 karena komitmen yang tetap dipegang teguh," katanya.

"Saya yakin bapak presiden akan mengakhiri tugas dengan khusnul khotimah," demikian Akhmad Kusaeni.(*)



Pewarta: Akhmad Kusaeni
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013