Lombok (ANTARA) - Pihak pelaksana Shell Eco-Marathon meyakini Indonesia akan mewakili regional Asia Pasifik dan Timur Tengah pada ajang SEM World Championship yang berlangsung pada 10-12 Oktober Bangalore, India.

“Tim-tim Indonesia itu telah memiliki prestasi yang mengagumkan dalam satu dasawarsa terakhir. Di tahun 2016 tim Bumi Siliwangi dari Universitas Pendidikan Indonesia telah menjadi juara di Drivers World Championship,” kata Global General Manager Shell Eco-Marathon Norman Koch di Sirkuit Internasional Pertamina Mandalika Lombok, Nusa Tenggara Barat, Rabu.

Keyakinan Norman didasari dengan sejumlah prestasi, seperti  yang disabet tim Bumi Siliwangi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)  pada SEM Drivers World Championship 2016,  serta tim Sapuangin Team 2 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dalam Drivers World Championship 2018.

“Saya percaya bahwa tim Indonesia kali ini akan meraih capaian luar biasa. Sisi teknologi sampai sekarang masih terlalu awal dilihat, tapi pada Sabtu atau Minggu bisa lihat lebih lanjut bahwa tim Indonesia dapat mewakili region di acara final World Championship yang akan diselenggarakan di India,” lanjutnya.

Ajang adu kreativitas antarmahasiswa kedua di Indonesia itu diramaikan 13 negara dengan keikutsertaan oleh lebih dari 70 tim. Sebagai tuan rumah, Indonesia menyumbang peserta terbanyak dengan 40 tim lebih.

Pada SEM Asia Pasifik dan Timur Tengah tahun ini, para peserta akan berkompetisi pada dua kategori yaitu Prototype dan Urban Concept.

Mewadahi kompetisi antarmahasiswa sejak bertahun-tahun, Norman mengatakan pihaknya tidak akan menggunakan ide-ide brilian mahasiswa itu secara lebih lanjut.

“Tidak ada rencana ke sana, bahwa kita sangat memproteksi atau melindungi kekayaan intelektual dan ide-ide yang diciptakan mahasiswa. Jadi kami hanya menyediakan platform-nya,” ucap pria yang bergabung dengan Shell pada 1995 tersebut.

Ajang kompetisi teknik antarmahasiswa terkemuka di dunia itu, menurut Norman tidak hanya sekedar adu efisiensi. Lebih dari itu, kompetisi tersebut mengajarkan para peserta untuk tidak memandang level ekonomi.

“Saya sudah melihat banyak sekali tim peserta yang berkompetisi di tiga kawasan di Eropa, Amerika, dan Asia. Yang menarik adalah saya melihat mahasiswa teknik di Boston, Berlin, atau di Jakarta mereka sama-sama kreatif dan inovatif. Dan tidak terpengaruh dengan kondisi ekonomi pada tiap kawasannya,” kata Norman.

“Jadi ke depannya, Shell Eco-Marathon ini juga mengajarkan teman-teman mahasiswa kalau mereka mau sukses di kehidupan atau karir mereka harus berpikir semua aspek,” imbuh Norman.

Pewarta: Zaro Ezza Syachniar
Editor: Roy Rosa Bachtiar
Copyright © ANTARA 2023