"Krisis yang semakin parah yang dihadapi anak-anak di Lebanon menciptakan situasi yang amat berat, menghancurkan semangat mereka, merusak kesehatan mental mereka, dan mengancam memupuskan harapan mereka akan masa depan yang lebih baik," tutur Edouard Beigbeder, perwakilan UNICEF di Lebanon, seperti dikutip oleh laporan tersebut.
Selain isu pekerja anak, masih menurut laporan tersebut, 15 persen rumah tangga di Lebanon berhenti menyekolahkan anak-anak mereka, meningkat dari angka 10 persen yang tercatat tahun lalu. Sekitar 52 persen rumah tangga mengurangi pengeluaran untuk pendidikan, melonjak dibandingkan 38 persen pada tahun lalu.
UNICEF mendesak pemerintah Lebanon untuk berinvestasi dalam sektor pendidikan guna memastikan semua anak, terutama yang paling rentan, mendapatkan akses pendidikan yang inklusif dan berkualitas.
Kemiskinan dan ketegangan yang meningkat juga sangat membebani kesehatan mental anak-anak di Lebanon, karena hampir separuh dari wali mereka mengatakan bahwa anak-anak mereka "sangat sedih atau merasa tertekan setiap pekan."
"Meningkatkan investasi dalam layanan-layanan yang penting bagi anak-anak, mencakup pendidikan, kesehatan, dan perlindungan sosial yang krusial, akan membantu mengurangi dampak krisis, memastikan kesejahteraan dan kelangsungan hidup generasi mendatang, serta berkontribusi terhadap pemulihan ekonomi," kata Beigbeder.
Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2023