Bandung (ANTARA News) - Pakar perminyakan dari Institut Teknologi Bandung (ITB), DR Ir Rudi Rubiandini, memperhitungkan bahwa perbaikan sumur bor milik PT Lapindo Brantas, Sidoarjo, Jawa Timur, untuk mengatasi banjir lumpurnya memerlukan waktu mencapai satu hingga tiga bulan. "Itu pun dengan menggunakan dua cara, yakni, well intervention dan relief well," katanya, di Bandung, Kamis. Dosen Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknik Perminyakan di ITB itu, cara well intervention adalah menutupi sumur bor secara vertikal menggunakan material, seperti semen dan lumpur, dan waktu penyelesaiannya sekira satu bulan. Sedangkan, ia menjelaskan, cara relief well adalah perbaikan dengan cara pengeboran secara menyamping berbentuk layaknya huruf U yang diisi lumpur dan semen, namun waktu pengerjaannya sekira tiga bulan. "Saya sendiri lebih menyetujui dengan menggunakan cara well intervention, karena waktunya hanya satu bulan saja," katanya. Ia mengatakan, kasus luapan banjir lumpur panas di Sidoarjo itu merupakan persoalan non-teknis, karena keberadaan pengeboran berada di daerah dekat pemukiman penduduk. Jika berbicara dari segi teknik sendiri, lanjut dia, maka kasus kebocoran seperti itu merupakan hal yang relatif ringan, karena banjir itu hanya mengandung air asin bercampur lumpur dari pengeboran. Kondisi demikian, dikatakannya, berbeda dengan kasus bocornya sumur bor di Randu Blatung, Jawa Tengah, yang mengandung minyak, dan kasus Pertamina di Sumatera Utara yang mengandung gas. "Jadi dapat dikatakan kasus di Sidoarjo itu merupakan hal yang biasa dalam pengeboran, namun persoalannya hanya terletak pada penanganan non-teknis," katanya. Ia mengemukakan, penanganan non-teknis tersebut terhitung lambat, karena seharusnya pihak perusahaan dapat membuat kolam untuk menampung luapan banjir dari pengeboran. "Bagi perusahaan minyak soal kebocoran merupakan bagian dari risiko," ucapnya. Selain itu, ia mengemukakan, banyak perusahaan minyak yang tidak memiliki perencanaan terhadap dampak dari pengeboran, sehingga lambat melakukan penangganan ketika terjadi kebocoran. "Perusahaan minyak di luar negeri menjadikan perencanaan dampak pengeboran dalam operasional, sedangkan di dalam negeri tidak ada," demikian Rudi Rubiandini. Kasus banjir lumpur akibat kebocoran di sekitar sumur pengeboran PT Lapindo Brantas kini meluas ke kawasan pemukiman penduduk, antara lain ke Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, sehingga sempat dilakukan penutupan Jalan Tol Gempol-Surabaya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006